Jakarta, Harian Umum - Diam-diam, seiring berjalannya waktu, kejayaan platform media sosial seperti Facebook dan Instagram sebenarnya telah berakhir, karena fungsi platform itu kini telah bergeser dari awalnya.
Seperti dikutip dari The Newyorker, Selasa (13/5/2025), media sosial awalnya berfungsi sebagai jejaring sosial, tempat di mana orang-orang terhubung satu sama lain secara daring untuk mendapatkan teman baru, mengobrol, berbagi pengalaman dan pengetahuan, menikmati konten yang diunggah teman, dan sebagainya.
"Itulah yang terjadi pada masa kejayaannya di tahun 2000-an. Facebook adalah tempat Anda dapat mengetahui bahwa teman Anda sedang berkencan dengan orang baru, atau seseorang mengadakan pesta tanpa mengundang Anda. Namun, dalam dekade terakhir, media sosial telah menjadi lebih menyerupai media biasa di mana kini di sana kita menemukan video promosi yang dibuat oleh selebritas, pakar yang meneriakkan tanggapan terhadap berita, klip agregat dari budaya pop, gelombang konten yang dihasilkan oleh AI, dan konten lain yang dirancang untuk disiarkan ke sebanyak mungkin kepada pemirsa," kata The Newyorker.
Di sisi lain, lanjut media tersebut, orang-orang yang kita follow dan pesan yang mereka unggah semakin terasa seperti jarum dalam tumpukan jerami digital.
"Media sosial menjadi kurang sosial," tegasnya.
Fakta yang diungkap Newyorker ini didasarkan pada keterangan pendiri Facebook yang juga CEO Meta Platforms Inc, Mark Zuckerberg, saat menjadi saksi dalam sidang Federal Trade Commission (FTC) pada April 2025 lalu. Mark menjadi saksi karena Meta dituding melakukan monopoli dalam bisnis layanan jejaring sosial pribadi. Tudingan itu muncul setelah Meta mengakuisisi platform media sosial yang semula menjadi pesaing Facebook, seperti Instagram yang diakuisisi pada tahun 2012, dan WhatsApp, yang diakuisisi pada tahun 2014.
Selama lebih dari 10 jam bersaksi dalam tiga hari, Zuckerberg di awal kesaksiannya mengaku kalau akhir-akhir ini Meta terlibat dalam "gagasan umum tentang hiburan dan mempelajari dunia serta menemukan apa yang sedang terjadi."
Pergeseran yang kurang dikenal dalam komunikasi interpersonal melalui platform media sosial ini telah diukur oleh Mera sendiri, dan dari bagan yang ditampilkan, teelihat bahwa "persentase waktu yang dihabiskan untuk melihat konten yang diposting oleh 'teman'" telah menurun dalam dua tahun terakhir, dari 22% menjadi 17% persen di Facebook, dan dari 11% menjadi 7% di Instagram.
Dari data yang ditunjukkan Zuckenberg juga terlihat bahwa tuduhan bahwa Meta melakukan monopoli, menjadi tidak jelas karena kondisi media sosial saat ini ternyata sudah tidak lagi seperti pada tahun 2000-an, karena konsumsi digital telah menyebar luas ke platform media sosial yang lain, sehingga tidak ada satu perusahaan atau platform pun yang dapat dianggap memonopolinya.
Dalam salah satu slide yang dihadirkan di persidangan, Meta menampilkan gambar ring tinju yang memperlihatkan logo Instagram, Facebook, dan berbagai perusahaan yang menurut Meta merupakan pesaingnya, termasuk TikTok, YouTube, dan iMessage milik Apple, meskipun FTC tidak mendefinisikan ketiga perusahaan tersebut sebagai pesaing.
Perusahaan tersebut juga menggunakan tangkapan layar ponsel pintar dari berbagai aplikasi untuk menunjukkan bagaimana mereka tertarik pada format umum: klip video pendek terlihat serupa di Instagram dan TikTok; pesan pada dasarnya terlihat sama di DM Instagram seperti di iMessage Apple. Meskipun kemiripan tersebut berfungsi sebagai bukti yang berguna untuk pembelaan Meta, hal itu juga menunjukkan betapa membosankannya seluruh ekosistem daring.
Fakta ini menunjukkan bahwa meskipun pada tahun 2012 Facebook mungkin tampak unik dan semua orang ingin memiliki akun di platform tersebut, kini Facebook tampak seperti bagian dari pasar aplikasi yang ramai, yang bersaing untuk melayani tujuan yang sama. (rhm)