Jakarta, Harian Umum - Keputusan PKS untuk menjadi bagian dari oligarki dengan mengusung Boby Nasution di Sumut dan gabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diendors Joko Widodo alias Jokowi saat masih menjadi presiden, berakibat fatal.
Pasalnya, PKS kalah di Jakarta, Depok dan Jawa Barat dalam gelaran Pilkada Serentak 2024.
Padahal, pada Pileg 2024, PKS menang di Jakarta, sementara Depok merupakan kandang PKS, sehingga dalam 4 kali Pilkada Depok sebelumnya, PKS selalu menang.
Berdasarkan quick count (hitung cepat) KPU pada pukul 23:45 WIB, Paslon 01 di Pilkada Jakarta, yakni Ridwan Kamil dan Suswono (kader PKS) hanya meraih 39,4% suara, sementara Paslon 03 Pramono - Rano (diusung PDIP) meraih 50,09%, dan Paslon 02 Dharma - Kun (independen) meraih 10,53%.
Berdasarkan quick count Voxpol Centre dengan suara masuk 60,67%, pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A.Rafiq yang diusung PKS dan Golkar hanya memperoleh suara sementara 45,5%, sementara pasangan Supian Suri - Chandra Rahmansyah yang diusung 12 Parpol, yakni Partai Nasdem, PAN, PKB, Partai Gerindra, PPP, PDIP, Demokrat, Perindo, Partai Buruh, Gelombang Rakyat Indonesia, Partai Ummat, dan PSI meraih 54,5%.
Di Pilkada Jabar, Presiden PKS Ahmad Syaikhu yang maju sebagai calon gubernur, berpasangan dengan putra Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie, kalah dari Dedi Mulyadi - Erwan Setiawan beedasarkan versi quick count.
Hasil quick count Indikator Politik Indonesia menunjukkan, Syaikhu - Ilham hanya meraih 20,07% suara, sementara Dedi - Erwan meraih 61,14%.
Ada empat Paslon di Pilkada Jabar, tetapi karena Pilkada di luar Jakarta ditentukan berdasarkan perolehan suara teebanyak, maka praktis Dedi - Erwan adalah pemenang.
Berdasarkan obrolan harianumum.com dengan sejumlah pemilih di wilayah Depok dan Bogor, diketahui bahwa mereka tidak lagi memilih siapapun yang diusung PKS.
"Waktu Pileg saya milih PKS karena melihat PKS adalah partai harapan. PKS lah yang nolak kenaikan BBM, nolak UU Cipta Kerja dan satu-satunya partai yang murni beroposisi terhadap pemerintahan Pak Jokowi, tapi dengan PKS mengusung Boby dan gabung ke KIM, saya lihat PKS berubah dan sudah jadi bagian dari partai oligarki," kata Maman, warga Kabupaten Bogor, Kamis (29/11/2024).
Ketika ditanya siapa yang dipilih untuk Pilkada Kabupaten Bogor dan Pilkada Jabar, pria 45 tahun ini memberikan jawabam mengejutkan.
"Saya Golput, karena saya tahu Dedi pasti menang dan saya kurang sreg dengan figurnya, terutama dalam ketika dia menjalankan syariat agama Islam," katanya.
Sementara Yudhi, warga Depok, melalui telepon mengatakan unruk kali pertama dalam gelaran Pemilu, dia tidak memilih PKS.
"Artinya, untuk Pilwalkot Depok saya gak nyoblos Paslon yang diusung PKS. Begitupula untuk Pilgub Jabar," katanya.
Ketika ditanya alaaannya, Yudhi mengaku kecewa pada perubahan PKS.
"Sekarang PKS gak ada bedanya dengan partai lain yang menurut saya brengsek itu," katanya.
Sayang, Yudhi menolak mengatakan Paslon mana yang ia pilih untuk Pilwalkot Depok dan Pilgub Jabar pada Rabu (27/11/2024) kemarin.
Meski demikian, baik Maman maupun Yudhi mengaku tidak sendirian dalam meninggalkan PKS.
"Ada beberapa teman yang lain," katanya tanpa dapat menjelaskan angka pastinya, tetapi mereka mengatakan angkanya antara belasan dan puluhan orang.
Sementara itu, menurut informasi yang beredar, kekalahan PKS di Jakarta diakibatkan oleh keputusan Anies Baswedan untuk mengusung Pramono-Rano, sehingga ribuan pendukungnya juga mencoblos Paslon nomor urut 3 yang diusung PDIP itu.
Perlu diketahui, pendukung Anies pula yang diduga membuat PKS menang di Jakarta saat Pileg 2024.
Namun, seperti dilansir CNN Indonesia, Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri merespons kekalahan jagoan usungan PKS di Pilkada Jakarta, Jawa Barat, dan Depok dengan santai, karena menurut dia, hal itu biasa saja lantaran kekuasaan tak ada yang abadi.
"Biasa saja. Yang namanya kekuasaan itu memang dipergilirkan, tak ada kekuasaan yang abadi," kata Mabruri, Kamis (28/11/2024).
Mabruri mengatakan, tak cuma PKS yang mengalami kekalahan di wilayah-wilayah yang selama ini jadi kekuatan mereka. Ia menyebut PDIP juga mengalami kekalahan di Jawa Tengah pada Pilkada Serentak 2024.
"PDIP juga kalah di Jateng dan Solo. Jadi yang namanya pilkada, ya pasti ada yang kalah dan menang," ujarnya.
Namun, kata dia, PKS akan melakukan evaluasi internal terkait hasil Pilkada 2024, khususnya di tiga wilayah tersebut.
"Kan siklus biasa ini. Kontestasi-evaluasi-konsolidasi. Hal yang rutin di partai politik," kata dia.
Seperti diketahui, PKS mengusung Boby Nasution, menantu Jokowi, di Pilkada Sumut, dan "mencampakkan" Anies Baswedan untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM), sehingga Anies gagal mengikuti Pilkada Jakarta 2024.
KIM adalah koalisi yang digagas Joko Widodo alias Jokowi saat masih jadi presiden, dan koalisi yang terdiri dari Gerindra, PAN, Golkar, Demokrat, PSI, dan Garuda digunakan Jokowi untuk mengusung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Koalisi ini lalu menarik PKS, Nasdem dan PKB yang semula akan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 setelah mengusungnya di Pilpres 2024, untuk mengusung Ridwan Kamil.
Otomatis, Anies gagal mengikuti Pilkada Jakarta 2017, sehingga para pendukungnya mewacanakan Golput dan gerakan coblos semua (Gercos) di Pilkada itu.
Namun, mendekati gelaran Pilkada 27 November 2024, Anies menyatakan mendukung Pramono-Rano, dan pendukungnya pun ikut semua, sehingga kini PKS yang ditinggalkan. (man)