Jakarta, Harian Umum - Ketua FKDM Provinsi DKI Jakarta Tobaristani, Kamis (21/11/2024), menggelar forum group discussion (FGD) di Gedung Gondangdia Lama, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan masukan (data) dalam rangka penulisan buku berjudul "Integritas Badan Pengawas Pemilu Menuju Pengawasan Partisipatif Pemilu 2029".
Narasumber yang dihadirkan antara lain Dr. Heri Herdiawanto (anggota Tim Seleksi Anggota Bawaslu Tahun 2023/Penggiat Pemilu & dosen Universitas Al Azhar Indonesia); dan Dr .Rahmatullah (akademisi/dosen Pascasarjana Unindra).
Peserta FGD ini terdiri dari masyarakat umum dan aktivis.
Aktivis yang hadir di antaranya Syaiful Jihad, Syafti Hidayat, Rio A Putra, dan Ervan Purwanto.
"Buku ini akan diterbitkan Pusdiklat Bawaslu," kata Toba di sela-sela FGD.
Ia menjelaskan, buku ini akan menganalisis integritas Bawaslu dalam pengawasan Pemilu di Indonesia dengan fokus pada tantangan dan ancaman yang muncul menjelang Pemilu 2029, serta mengevaluasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pengawasan, termasuk proses seleksi anggota Bawaslu, independensi dan pengawasan partisipatif yang melibatkan masyarakat.
"Untuk itu kami menyelenggarakan FGD sebagai salah satu cara untuk mendapatkan data," imbuh Toba.
Dari FGD ini dapat disimpulkan bahwa integritas Bawaslu sejauh ini sangat memprihatinkan akibat persoalan yang sudah muncul sejak anggota instansi penyelenggara Pemilu itu masih dalam tahap rekrutmen atau seleksi.
Sebab, pada tahap inipun sudah ada intervensi agar peserta seleksi tertentu diloloskan.
Dampak dari permasalahan integritas tersebut adalah kinerja Bawaslu yang tidak maksimal dalam mengawasi Pemilu, terutama ketika terjadi pelanggaran dan sengketa Pemilu, seperti ketika Gibran Rakabuming Raka dilaporkan bagi-bagi susu di area car free day saat kampanye Pilpres 2024.
"Karena itu, maaf, sampai sekarang kan ada istilah kalau Bawaslu itu (kependekan dari) Bawaan Siapa Lu?' cetus Heri Herdiawanto dalam paparannya.
Selain hal tersebut, Heri juga mengatakan bahwa dalam proses rekrutmen anggota Bawaslu aspek dalam Pancasila diabaikan. Padahal, aspek itu bisa sebagai batu uji.
"Karena kalau semua aspek dalam Pancasila ada dalam diri seseorang, bisa dipastikan dia punya integritas," katanya.
Toba menjelaskan tema Integritas Badan Pengawas Pemilu Menuju Pengawasan Partisipatif Pemilu 2029" dipilih karena menarik.
Sebab, ,ia sendiri punya pengalaman ketika menjadi tim seleksi (Timsel) Bawaslu Kalimantan Selatan.
"Saat itu ada pengalaman bagaimana kepentingan-kepentingan masuk untuk mendorong seseorang agar terpilih, dan lain-lain," katanya.
Dari apa yang disampaikan narasumber dan peserta FGD, Toba menyebut mendapatkan informasi-informasi penting untuk buku yang akan ditulis, seperti pentingnya Timsel Bawaslu memiliki kekuatan yang memiliki nilai.lebih yang di antaranya berupa integritas, bukan hanya kemampuan semata.
"Kita berharap dengan terbitnya buku ini, masyarakat memiliki gambaran yang utuh tentang dinamika yang terjadi di internal Bawaslu, sehingga masyarakat tidak lagi menyerahkan pengawasan Pemilu hanya kepada instansi penyelenggaranya, tetapi terlibat aktif dalam.pengawasan jika memang ingin mendapatkan hasil Pemilu yang sesuai harapan,' katanya.
Buku "Integritas Badan Pengawas Pemilu Menuju Pengawasan Partisipatif Pemilu 2029" dikerjakan oleh banyak penulis yang terbagi dalam 5 klaster. Tebal buku ini minimal 200 halaman. (rhm)