DENGAN formasi dukungan enam partai lewat 'cawe-cawe'-nya, maka Jokowi telah menunjukan kegemilangannya dalam menggunakan instrumen kekuasaan secara sah, meskipun belum tentu memuat kebenaran atas tujuan konstitusi negara Republik ini.
----------------------------------
Oleh: Adian Radiatus
Aktivis
Kewibawaan Megawati dan PDIP-nya sedang mendapat ujian 'rongrongan' setelah serangkaian manuver politik yang tak lazim ditampilkan lewat peluang jalur kontestasi Pemilu, khususnya Pilpres 2024.
Tak lazim karena dilakukan oleh sosok yang selama ini disebut sebagai Petugas Partai dengan posisi tak tanggung-tanggung, yaitu Presiden sekaligus Kepala Negara bernama Joko Widodo alias Jokowi.
Jokowi sejak pertengahan tahun lalu sudah menjadi semacam "produser" untuk drama politik berjudul 'Tiga Periode' dengan "sutradara" Luhut Binsar Pandjaitan beserta tim di belakang dan kaum oportunis tentunya. Rintangan dan penentangan yang cukup dahsyat akhirnya mengkandaskan skenario inkonstitusional ini.
Dengan tingkat percaya diri yang tinggi di mana tentunya bersumber dari orang lingkaran dalam dan 'setengah' dalam pula, gaung memperpanjang masa jabatanpun menghembus ke sana-sini dengan hasil sama; ditolak mentah-mentah. PDIP termasuk yang lantang menolak kedua wacana itu, merusak demokrasi dan inkonstitusional.
Secara skor jelas Jokowi kalah kosong - dua dan tentu saja nuansa kharisma kepemimpinan dapat anjlog secara moril dan bila tak segera dinetralisir, maka dunia ekonomi yang melibatkan investor serta stake holder pendukung lambat laun akan 'mendingin' dan bisa saja 'membeku' sebelum periode kekuasaannya resmi berakhir.
Maka tidaklah heran dengan membawa berbagai luka batin terhadap situasi tersebut, ditambah kurang elok dalam beretika di ruang publik dan bersebar di media sosial oleh kata dan sikap gestur petinggi elite PDIP, tentu saja 'kegeraman' perasaan seorang Jokowi dan mungkin berimbas ke lingkungan keluarga, menjadi semakin memicu hasrat mencari jalan keluar dari keadaan menuju hilangnya 'taring' Sang Pemimpin.
Ditambah di luar situasi demikian, munculnya Anies menjadi Bacapres yang diusung Partai Nasdem, juga seperti 'petir di siang bolong' mengingat sang Ketum Surya Paloh sejatinya adalah 'hopeng' Jokowi selama satu tiga perempat periode, seakan kandas begitu saja dan diakui atau tidak setidaknya sedikit 'menampar' wibawa Jokowi pula. Secara moril score tiga - nol.
Tentu saja Jokowi dan lingkarannya tak ingin keadaan jenis ini berlanjut yang dapat berimbas semakin melandainya kewibawaan sebagai pemimpin segala masalah yang muncul ke permukaan medan politik ketika bagaimana akhirnya PDIP mengumumkan secara resmi bahwa Petugas Partai bernama Ganjar Pranowo ditugaskan sebagai Capres oleh PDIP.
Namun, keyakinan dan harapan Jokowi dapat 'menguasai' Ganjar semakin tampak suram seiring sikap Ganjar sendiri dan juga bagaimana PDIP melakukan 'pemagaran' super ketat terhadap sang Capres, sehingga tak memungkinkan dirinya leluasa meneruskan hubungan mesranya dengan Jokowi. Di sini skor jelas menjadi empat - nol.
Dan ketika bak 'pucuk dicinta ulam pun tiba', demikian peribahasa yang mungkin pas menggambarkan bagaimana Jokowi di tengah kritisnya menemukan formula 'melawan tanpa berucap' dalam menghadapi situasi yang telah mengecohnya itu, di mana muncullah kekuatan atas nama Mahkamah Konstitusi.
Meskipun kena 'semprit', tokh hasil akhirnya tetap sama; Sang Putera (yang dalam istilah kerajaan 'Sang Pangeran') tetap melenggang disandingkan dengan Capres Prabowo lewat sebuah super lobby tingkat dewa yang bagi sementara pihak sulit dicerna.
Dengan formasi dukungan enam partai lewat 'cawe-cawe'-nya, maka Jokowi telah menunjukan kegemilangannya dalam menggunakan instrumen kekuasaan secara sah, meskipun belum tentu memuat kebenaran atas tujuan konstitusi negara Republik ini.
Tetapi yang jelas saat ini skor menjadi berimbang empat - empat dan siapakah yang akan mendapatkan angka lima? Kita tunggu hasil Pilpres AGP 2024 yaitu antara Anies - Ganjar - Prabowo, dan apakah Sang Pangeran akan menjadi salah satu bagian suksesi kepemimpinan masa depan bangsa dan negeri ini lewat bapak asuhnya bila terpilih sebagai Presiden ke delapan?
Menarik dan unik sekali Pilpres berbenih dendam di hati ini, namun senantiasa dibantah lewat narasi "akh ini dinamika politik bung "...
Jakarta, 14 Nopember 2023