Bandung, Harian Umum - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada Minggu (10/11/3024), tepat di Hari Pahlawan, melakukan pertemuan dengan "pahlawan" seni dan budaya Indonesia, yaitu Tim Muhibah Angklung.
Pertemuan saat DPD reses tersebut dilakukan dii Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Anggota DPD Daerah Pemilihan Jabar Agita Nurfianti yang hadir bersama tim Sekretariat Jenderal DPD RI Kantor Jabar, menyampaikan dukungan dan apresiasi kepada Tim Muhibah Angklung yang telah sukses mengharumkan nama Indonesia di bidang seni dan budaya ke berbagai penjuru dunia, meski dengan dana yang sangat minim.
"Luar biasa, budaya kita sangat kaya raya. Namanya Tim Muhibah Angklung, tapi tidak hanya angklung, yang dibawakan juga budaya Indonesia lainnya. Memang benar yang tadi comment di media sosial merinding, terharu, karena dibawa ke pentas dunia, dengan segala suka dukanya, dan begitu dihargai di sana," kata Agita melalui siaran tertulis, Senin (11/11/2024).
Senator ini bercerita, ia dan keluarganya pernah menonton penampilan Tim Muhibah Angklung di Pre-Journey Concert, sebuah konser sebelum memulai perjalanan misi budaya ke Eropa dan Timur Tengah 2024. Menurutnya, setelah acara tersebut, para penonton semakin bersemangat untuk mendukung kelestarian seni dan dan budaya Indonesia.
"Apa yang dilakukan Tim Muhibah Angklung telah memberikan dampak positif, tidak hanya ke internal tim, tetapi juga ke masyarakat, baik dalam maupun luar negeri," katanya.
Ia mencontohkan, anggota tim tak hanya mahir memainkan seni dan budaya Indonesia, tapi juga melatih kepemimpinan dan berorganisasi, seperti mengatur perjalanan ke luar negeri, menyelenggarakan event baik pertunjukan angklung, festival, Nobar, dan lain-lain.
Ketua Tim Muhibah Angklung, Maulana M Syuhada, menjelaskan, timnya telah melakukan misi kebudayaan ke berbagai negara di empat benua, yaitu Eropa (2016) yang meliputi Aberdeen, London (Inggris), Paris (Prancis), Westerlo (Belgia), Hamburg (Jerman), Cerveny Kostelec (Ceko), dan Zakopane (Polandia); Australia (2018) yang meliputi Melbourne, Canberra, Brisbane, dan Sydney; Eropa (2018) meliputi Berlin (Jerman), Budapest (Hongaria), Istanbul, Aksehir (Turki), Sozopol (Bulgaria), dan Vevey (Swiss); Amerika Serikat (2022) yang meliputi New York, Washington, Chicago, Manitowoc, Boise, Burley, Springville, dan San Fransisco; Eropa (2024) meliputi Portugal dan Spanyol; serta Timur Tengah (2024) meliputi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
"Tim Muhibah Angklung tidak hanya memainkan budaya Sunda, tetapi juga musik angklung yang membawakan lagu-lagu berbagai daerah Indonesia dipadukan dengan tarian-tarian daerah tersebut, seperti Batak, Minangkabau, Betawi, Bali, dan Papua. Selain lagu nasional dan tradisional, tim ini juga memainkan lagu-lagu internasional di berbagai belahan dunia," katanya.
Maulana menambahkan, pihaknya juga memproduksi film dokumenter berjudul "The Journey: Angklung Goes to Europe" sebagai upaya penguatan pendidikan karakter di kalangan pelajar, Film itu telah ditonton oleh sekitar 4.700 siswa-siswi sekolah di Kota Bandung dan Cimahi pada program Nonton Bareng (Nobar) yang saat ini masih berlangsung.
Film ini masuk nominasi Piala Citra untuk film dokumenter panjang terbaik Festival Film Indonesia Tahun 2024.
"Setelah Nobar, saya tanya ke anak-anak; kalau mau berhasil adik-adik harus bagaimana? Belajar, kata mereka. Apa lagi? Berlatih! Apa lagi? Pantang menyerah!" papar Maulana.
Selesai nonton, lanjutnya, banyak guru dan orang tua yang bertanya kepadanya, dan banyak yang ingin membentuk grup angklung di sekolahnya.
"(Mereka) sudah nanya-nanya kalau beli angklungnya di mana? Kalau mau manggil pelatihnya dari mana?" imbuh Maulana.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya menyelenggarakan Angklung Fest, sebuah Festival Angklung yang dikompetisikan, dengan kategori peserta yang cukup unik, yaitu kategori anak-anak, perempuan, difabel, dan Lansia.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, Maulana menceritakan pihaknya menghadapi berbagai kendala dan yang terberat adalah masalah finansial. Setelah sukses mengharumkan nama Indonesia pada misi budaya ke Eropa dan Timur Tengah tahun ini, pihaknya masih meninggalkan tunggakan sebesar Rp850 juta.
"Saya meminjam dana ke teman-teman terdekat saya, alhamdulillah mereka percaya. Biaya paling besar adalah tiket pesawat. Itu pun sudah saya hemat-hemat. Sebagai contoh waktu mau ikut festival di Portugal setelah lolos seleksi mengalahkan negara-negara lain, kami berangkat naik pesawat ke Madrid, Spanyol, yang lebih murah tiketnya, lalu naik bus ke Portugal supaya lebih murah. Bahkan dari Abu Dhabi ke Riyadh pun kami naik bus melewati salah satu padang pasir terbesar di dunia, yang penuh risiko dan sangat tidak direkomendasikan, karena kita ingin murah," jelasnya.
Maulana tengah berupaya keras membayar tunggakan tersebut dengan melakukan program Nobar Film "The Journey: Angklung Goes To Europe" untuk siswa-siswi di kota Bandung dan Cimahi. Harapannya bisa diperluas ke kota-kota lainnya di Jawa Barat dan bahkan ke seluruh Indonesia, bahkan dunia.
Selain itu Maulana juga mencoba bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan dalam bentuk product placement di film dan video-video angklung, penjualan souvenir dan paket-paket pementasan angklung dan workshop lewat Angklung Centre.
Menanggapi hal itu, Agita berharap permasalahan finansial Tim Muhibah Angklung, dapat diatasi dengan bantuan para pihak terkait. Ia pun berkomitmen akan membantu menjembatani dengan pihak-pihak tersebut dan membahasnya pada berbagai pertemuan untuk mendapat solusi terbaik.
"Hal ini sejalan dengan tugas Komite III DPD RI yang tengah diemban oleh Agita, yang salah satu bidangnya adalah seni dan budaya," katanya.
Terkait pembuatan film dokumenter "The Journey: Angklung Goes to Europe", Agita juga mengapresiasinya, karena menurut Senator asal Jabar ini, penguatan pendidikan karakter melalui film dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam mendukung penanaman nilai-nilai karakter di bidang pendidikan.
"Terlebih saat ini diterapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka," katanya. (rhm)