Jakarta, Harian Umum - Masyarakat Indonesia diimbau untuk mewaspadai pesatnya penularan virus Human Metapneumovirus (hMPV) di China, karena seperti halnya COVID-19, kedua virus itu bisa juga menyebar di negara +62 ini.
Infeksi hMPV diketahui mengalami lonjakan di China sejak Desember 2024.
'Setelah COVID-19, China menghadapi lonjakan kasus Human Metapneumovirus (hMPV), virus pernapasan mirip flu. Virus hMPV berisiko bagi anak-anak, lansia, dan yang berimun rendah," kata Spesialis paru dari RS Persahabatan, dr Erlina Burhan, SpP di akun X pribadinya seperti dikutip, Senin (6/1/2025).
Virus hMPV adalah virus pernapasan yang pertama kali ditemukan pada 2001. Virus ini termasuk dalam keluarga Pneumoviridae, yang juga mencakup Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Gejala infeksi virus ini mirip dengan flu, yakni batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. Pada kasus tertentu, bisa berkembang menjadi pneumonia atau infeksi saluran pernapasan yang lebih serius.
Anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan terhadap komplikasi serius akibat hMPV, seperti pneumonia atau bronkitis.
Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan (respiratory droplet) saat batuk atau bersin, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, mirip dengan cara penularan influenza atau COVID-19.
Virus hMPV umumnya menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan. Namun, pada kelompok rentan, infeksi bisa menyebar ke saluran pernapasan bawah, menyebabkan pneumonia atau bronkitis.
"Saat ini belum ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk hMPV. Pencegahan utamanya adalah dengan menjaga kebersihan tangan dan menghindari kontak dekat dengan orang sakit," jelas dr Erlina.
Virus hMPV lebih sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi. Setelah pandemi COVID-19, kasus hMPV dilaporkan meningkat, terutama di negara-negara dengan musim dingin yang panjang.
Virus hMPV dan COVID-19 memiliki gejala mirip, tetapi berasal dari keluarga virus yang berbeda. hMPV termasuk dalam keluarga Pneumoviridae, sedangkan COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dari keluarga Coronaviridae.
Virus hMPV tidak memiliki vaksin atau pengobatan spesifik, sementara COVID-19 sudah memiliki vaksin dan obat-obatan seperti Paxlovid.
Influenza dan hMPV keduanya menyebabkan gejala pernapasan serupa, tetapi berasal dari keluarga virus yang berbeda. Influenza disebabkan oleh virus influenza, sedangkan HMPV termasuk dalam keluarga Pneumoviridae.
Influenza biasanya lebih sering muncul di musim dingin, sementara hMPV cenderung terdeteksi lebih banyak pada musim dingin dan semi.
dr Erlina mengakui bahwa meski situasi di China mengkhawatirkan, di Indonesia belum terdeteksi kasus hMPV. Kementerian Kesehatan bahkan menyatakan bahwa saat ini belum ada alasan untuk pembatasan perjalanan.
Namun, kata dia, bukan berarti kita boleh lengah.
"Kemenkes mengimbau agar kita tetap waspada. Menjaga kesehatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat penting. Cuci tangan, pakai masker, hindari kerumunan, iini langkah dasar yang paling efektif. Bagi yang bepergian ke luar negeri, mematuhi protokol kesehatan negara tujuan juga krusial," katanya.
Untuk diketahui, kasus hMPV di China tercatat melonjak tajam, dengan 225 kasus sepanjang 2023 meningkat signifikan pada 2024.
Kasus ini juga telah ditemukan di Malaysia, karena Kementerian Kesehatan negara itu melaporkan adanya 327 kasus infeksi hMPV di negaranya. (man)