Jakarta, Harian Umum - Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengumumkan bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar tewas dalam serangan di Gaza.
Israel menuding Yahya Sinwar sebagai dalang serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Pembunuh massal Yahya Sinwar, yang bertanggung jawab atas pembantaian dan kekejaman pada tanggal 7 Oktober telah dihabisi hari ini oleh tentara IDF (militer Israel)," kata Katz dalam pernyataan resmi seperti dilansir Reuters, Jumat (18/10/2024)
Yahya tewas setelah Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke beberapa wilayah di Jalur Gaza Palestina pada Kamis (17/10/2024) dengan target pemimpin politik Hamas Yahya Sinwar.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meyakini, Yahya kemungkinab tewas dalam salah satu serangan tersebut, akan tetapi tidak menjelaskan lokasi pasti di mana serangan yang diduga menewaskan Yahya itu terjadi.
"Laporan awal - saat operasi IDF di Jalur Gaza, tiga teroris berhasil dieksekusi. IDF dan ISA sedang menyelidiki kemungkinan bahwa salah satu dari teroris itu adalah Yahya Sinwar," demikian bunyi pemberitahuan IDF seperti dikutip Jerusalem Post.
Dari bocoran pejabat Israel ke Axios, serangan yang diduga kuat menewaskan Sinwar ini terjadi pada Rabu (16/10/2024) malam di selatan Jalur Gaza.
Saat itu, pasukan IDF tengah melakukan patroli rutin dan tiba-tiba berpapasan dengan tiga orang bersenjata, sehingga baku tembak pun langsung terjadi, dan ketiga pria bersenjata tersebut tewas.
Pejabat Israel menuturkan, ketika pasukan IDF memeriksa wajah ketiga pria itu, daa alah satunya terlihat seperti Yahya, akan tetapi identitasnya tak bisa langsung dikonfirmasi, sehingga IDF dan badan intelijen Shin Bet berusaha mengidentifikasi jasad itu dengan melakukan tes DNA dan sidik jari karena Israel memiliki rekam DNA dan sidik jari Yahya saat dia dipenjara.
Sinwar didapuk menjadi pemimpin politik Hamas setelah kematian pendahulunya, Ismail Haniyeh pada akhir Juli 2024 lalu.
Hamas: Kami Semakin Kuat
Kematian Yahya membuat terpukul seluruh pejabat dan anggota Hamas, akan tetapi seorang pejabat senior Hamas mengatakan, kelompoknya tidak dapat dilenyapkan dengan membunuh para pemimpinnya.
"Hamas adalah gerakan pembebasan yang dipimpin oleh orang-orang yang mencari kebebasan dan martabat, dan ini tidak dapat dilenyapkan," kata Basem Naim, anggota senior biro politik Hamas, kepada AFP, Jumat (18/10/2024).
Dalam sebuah pernyataan, dia menyebutkan beberapa pemimpin Hamas yang terbunuh di masa lalu, dan mengatakan kematian mereka telah meningkatkan popularitas kelompok itu.
"Tampaknya Israel percaya bahwa membunuh para pemimpin kami berarti akhir dari gerakan kami dan perjuangan rakyat Palestina," kata Naim.
Namun, pembunuhan-pembunuhan itu justru membuat Hamas semakin kuat dan populer.
"Hamas justru semakin kuat dan populer, dan para pemimpin ini menjadi ikon bagi generasi mendatang untuk melanjutkan perjalanan menuju Palestina yang bebas," katanya. (man)