Jakarta, Harian Umum -- Film animasi "Merah Putih: One For All" yang direncanakan tayang di bioskop-buoskop Tanah Air pada Kamis (14/8/2025), banjir kritik netizen.
Pasalnya, bukan hanya biaya produksi yang dikabarkan mencapai Rp6,7 miliar, akan tetapi kualitas animasinya dinilai di bawah standar, bahkan jauh di bawah Jumbo, dan karakternya pun dicurigai tidak orisinil alias dicomot atau dibeli dari hasil karya orang.
Film yang dibuat kurang dari satu bulan ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dengan penulis skenario sekaligus sutradara Endiarto dan Bintang, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo
"Ternyata film animasi Merah Putih One for All, karakternya ga ada yang orisinil. Mereka mengambil dan modifikasi dari reallusion. Bayangin film animasi tayang di layar lebar yang nyomot dari asset orang lain itu kek "HUH???"🤨🤨🤨 THEY CAN'T EVEN MAKE THEIR OWN CHARACTERS CUUH?" kritik pedas pemilik akun X @Robe1087.
Dari tangkapan layar yang di-posting netizen ini diketahui kalau karakter yang dicomot untuk film animasi Merah Putih One for All dari film Reallusion adalah Ned (pekerja kota), Earl (tetangga), Francis (tetangga), Eddy (teman), Tommy (teman), Zach (tetangga) dan Eva (gadis penuh gaya).
Reallusion adalah platform untuk pembuatan karakter 3D dan animasi di Media Entertainment, Metaverse, Digital Twinning, ArchViz dan AI Simulation.
"Ternyata seperti ini.. film animasi merah putih one for all. Modal beli assets 3D trus di remake dikit," kata @dav1ncy.
"Film animasi "Merah Putih One For All" akan menjadi bukti sejarah betapa tidak becusnya pemerintah membuat karya," cemooh @satokiriya.
Usta Hilmi Firdausi bahkan menyarankab begini:
"Saran saya, ga usah tayang di bioskop dengan kualitas film animasi seperti ini. Tayang saja di TV...kalau mau di bioskop, gratiskan saja...walau saya ga yakin akan banyak yg nonton juga sih. Penikmat film animasi kita baru disuguhi Jumbo yg fenomenal, maka standar film animasi kita pun ya di level itu. Kalau disuguhin Merah Putih one for all, ya rasanya kita mundur 2 dekade 🫣".
Dari celoteh netizen terungkap bahwa karena tidak orisinil, bahkan YouTuber Yono Jambul menyebut bahwa material film ini dibeli dari toko digital seperti Daz3D, maka banyak yang aneh pada film ini.
"Mereka ada adegan jalan, kan. Nah, mereka belinya aset street of Mumbai. Aneh banget kan makanya jalannya," kata Yono seperti dilansir Detik.
Tak hanya itu, karena penggunaan aset siap pakai yang tanpa penyesuaian memadai, membuat film ini minim nuansa lokal dan terasa aneh secara keseluruhan. Netizen bahkan menilai bahwa selera artistik animatornya kurang, sehingga semakin memperkuat kesan buruk pada film ini.
Maka, anggaran miliaran rupiah pun dipertanyakan. Netizen curiga biaya karakter dan set yang dibeli hanya belasan dolar, akan tetapi anggaran produksi diklaim mencapai miliaran rupiah.
Sebagai perbandingan, biaya produksi anime sekelas One Piece atau Demon Slayer per episodenya hanya sekitar Rp1,8 miliar, dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
Menanggapi kritikan itu, Toto Soegriwo menanggapi lnya dengan santai, bahkan terkesan menyindir.
"Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?," katanya seperti dikutip dari akun Instagramnya, @totosoegriwo, Senin (rhm)





