Jakarta, Harian Umum - Survei atas tingkat kepuasan pelayanan PAM Jaya meningkat ke angka 80 persenan, sementara rasio komplain turun.
Hal itu diungkap Direktur Pelayanan Perumda PAM Jaya Syahrul Hasan dalam Balkoters Talk dengan Tajuk Upaya Tingkatkan Layanan Air Jakarta di Balai Wartawan Pemprov DKI Jakarta, Rabu (12/2/2025).
"Dari hasil survei, tingkat kepuasan atas pelayanan PAM Jaya naik ke angka 80 persenan, kalau tidak salah 8,8 persen, sedang rasio komplain turun menjadi hanya 1,8 -2 persen per bulan," katanya.
Ia menyebut, permasalahan yang masih dikeluhkan pelanggan adalah air yang mengucurnya kecil dari kran, air berbau kaporit, dan kotor.
"Air yang berbau dan kotor itu akibat adanya kebocoran pada pipa, karena pipa-pipa itu ada yang dipasang pada puluhan tahun lalu, ada pula yang baru seminggu, dua minggu atau beberapa hari. Jenis pipa itupun bermacam-macam. Nah, pipa yang sudah lama itu yang biasanya bisa bocor, karena itu maintenance termasuk menjadi prioritas utama kami," katanya.
Soal air yang mengalirnya kecil dari keran, jelas Sahrul, dari beberapa kasus yang dilaporkan, ternyata juga ada yang terjadi karena masalah di internal pelanggan, misalnya masalah sensor pada torn.
"Masalah internal seperti itu sebenarnya bukan kewenangan kami, karena kewenangan kami adalah sepanjang pipia hingga meteran pelanggan, tetapi demi pelayanan, kami tetap membantu mengatasi permasalahan internal tersebut," katanya.
Sahrul menyebut, pada tahun 2025 ini target untuk dinsisi hilir targetnya adalah 130.000 sambungan rumah baru. Sementara untuk sisi hulu, untuk penambahan suplai baru pada April 2025 on board 600 liter/detik dari SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Buaran yang posisinya ada di Kali Malang, Jakarta Timur, berdekatan dengan SPAM Buaran I dan Buaran II.
Pada September 2025 ada optimasi penambahan suplai sebanyak 1.500 liter/detik dari SPAM Jatiluhur I yang sekarang posisinya di 800 liter/detik.
Sementara dari internal, SPAM Pesanggrahan di angka 250 liter/detik, sehingga total keseluruhan suplai akan ada di angka 2.000-an liter/detik untuk tahun 2025.
"Ketika itu on board, maka penyediaan jaringan menjadi penting yang harus PAM Jaya lakukan, sehingga menjadi program utama, sekaligus menjadi target, dalam rangka mencapai target suplai di angka 31.000 liter/detik pada tahun 2030," imbuh Sahrul.
Ia juga menjelaskan, sejak Perumda PAM Jaya mengelola sendiri pengelolaan air bersih setelah kontrak dengan Palyja dan Aetra Air Jakarta selesai pada tahun 2023, dalam setahun PAM Jaya telah membangun jaringan pipa baru sepanjang 200 kilometer, sehingga total panjang pipa saat ini adalah 12.002 kilometer.
Sahrul juga mengatakan bahwa target lain dari PAM Jaya untuk tahun ini adalah penyediaan water purifier (alat untuk membersihkan dan menyaring air agar lebih aman untuk diminum). Program ini digulirkan untuk memberikan kepercayaan kepada warga Jakarta untuk menggunakan air minum PAM Jaya, karena dengan menggunakan water purifier, air yang dihasilkan bukan saja lebih murah harganya, tapi juga lebih higienis.
Anggota Komisi DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo yang juga hadir sebagai pembicara dalam Balkoters Talk, mengatakan mengapresiasi kinerja PAM Jaya selama ini, akan tetapi menggaris bawahi masalah kenaikan tarif air yang kerap masih dikeluhkan masyarakat Jakarta.
Sebab, kata dia, di antara warga Jakarta memang ada yang berpenghasilan sangat besar, bahkan hingga miliaran rupiah, akan tetapi banyak juga yang berpenghasilan Rp10.000 hingga Rp15.000/hari.
"Jadi, masalah kenaikan air PAM ini termasuk sensitif, sehingga perlu ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak,' katanya.
Sementara Pengamat Tata Kota Nirwono Joga menyebut, bahwa penyediaan air bersih dapat berpengaruh pada peringkat Jakarta sebagai kota global yang saat ini berada di peringkat 50.
Karenanya, menurut dia, meski kinerja PAM Jaya saat ini layak diapresiasi, akan tetapi ada beberapa PR yang masih harus dikerjakan, di antaranya Masalah perpipaan dan perbaikan kebocoran.
Untuk itu, ia menyebut ada tiga yang diharapkan dari PAM jAya saat ini, yakni optimalisasi sumber daya air mengingat Jakarta dilintasi 13 sungai, sehingga kaya akan sumber air; penggunaan teknologi canggih, sehingga air laut pun dapat diolah menjadi air bersih, dan mampu menyediakan air yang siap minum. (rhm)