Jakarta, Harian Umum- RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, kesulitan mengidentifikasi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 yang dikemas dalam 24 kantong jenazah dan dikirim Tim SAR Gabungan, Senin (29/10/2018), karena kondisinya yang tidak utuh atau dalam kondisi potongan-potongan.
"Selasa (30/10/2018) malam kami menerima lagi 24 kantong jenazah. Jadi, total 48 kantong jenazah. Tapi untuk 24 kantong yang dikirim sebelumnya (Senin), belum ada yang telah dapat diidentifikasi karena berupa potongan-potongan jenazah, bukan jenazah utuh," ujar Kepala RS Polri Kombes Pol Musyafak dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta Timur, Rabu (31/10/2018),
Ia menambahkan, dalam 24 kantong jenazah tersebut terdapat 87 potongan tubuh, sementara isi 24 kantong jenazah yang dikirim Tim SAR Gabungan semalam belum diketahui karena hingga Rabu pagi ini masih berada di lemari pendingin.
Meski demikian diakui, untuk dapat mengidentifikasi potongan-potongan tubuh itu harus dengan tes DNA, tak bisa dengan membandingkannya dengan data--data fisik yang diberikan keluarga korban.
Hingga pagi ini, jelas Musyafak, telah ada 191 keluarga korban yang telah mendatangi Posko Antemortem RS Polri untuk menyerahkan data-data korban. Dari jumlah itu, 147 di antaranya telah menjalani tes DNA.
Ia mengimbau agar keluarga korban yang belum menjalani tes DNA, segera melakukannya dengan membawa orangtua atau anak korban. Tes ini dapat dilakukan dengan memeriksa rambut atau darah mereka.
Musyafak mengaku, tim identifikasi telah cukup karena terdiri dari lebih 15 dokter forensik, lebih dari 10 dokter gigi, dan lebih dari empat ahli DNA.
"Di antara mereka ada yang dari Universitas Indonesia, Unpad dan RS Fatmawati," katanya.
Seperti diketahui, pesawat Lion Air JT-610 jatuh dan meledak di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, setelah dinyatakan hilang kontak pada Senin (29/10/2018) pukul 06:33 WIB.
Saat jatuh, pesawat itu membawa 189 orang kru dan penumpang. (rhm)