Jakarta, Harian Umum - China mengguncang dunia melalui teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dinamai DeepSeek.
Setelah dirilis pada Senin (27/1/2025) saham-saham teknologi di papan atas Nasdaq yang diperdagangkan di Wall Street kompak berguguran.
Saham raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) NVDIA Corporation terkoreksi hingga 17 persen, terendah sejak Maret 2020 ketika dunia dilanda pandemi Covid-29, sekaligus merontokkan nilai kapitalisasi perusahaan itu sebesar USD 589 miliar atau sekitar Rp9.494 triliun (kurs Rp 16.120/USD).
"Itu melampaui rekor penurunan sebelumnya (sebesar) 9 persen pada bulan September yang menghapus nilai sekitar USD 279 miliar dan merupakan yang terbesar dalam sejarah pasar saham AS," kata Bloomberg, Selasa (28/1/2025).
Berdasarkan nilai pasar, kata media tersebut, pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, indeks S&P 500 turun 1,5 persen dan Nasdaq 100 jatuh hampir 3 persen.
Saham perusahaan semikonduktor Jepang, Advantest Corp. dan Disco Corp. juga terjungkal setelah DeepSeek dirilis.
Saham Advantest anjlok 11 persen, sementara saham pembuat peralatan chip Disco turun 9,5 persen.
Tren penurunan ini diikuti saham SoftBank Group Corp yang tersungkur 6,7 persen. Padahal sebelumnya, saham SoftBank menghijau usai berkomitmen menanamkan modal sebesar USD 19 miliar di sektor AI selama kepemimpinan Donald Trump.
Analis di Laboratorium Intelijen Tokai Tokyo Ryoutarou Sawada mengatakan bahwa biaya pembuatan AI (DeepSeek) menjadi sentimen negatif bagi saham perusahan-perusahaan teknologi.
"Biaya semikonduktor, yang terlibat dalam menciptakan AI generatif, juga akan turun, yang merupakan berita buruk bagi pembuat peralatan chip Jepang." kata Sawada.
Tak hanya bursa saham yang langsung mengalami turbulensi akibat perilisan DeepSeek, pasar uang dunia turut mengalami pergerakan secara volatilitas akibat sentimen kemunculan DeepSeek yang dinilai lebih efesien.
Para pedagang mulai mempertanyakan nilai valuasi tinggi perusahaan raksasa AS. Kurs Yen terhadap Dolar AS diperdagangkan naik 0,84 persen pada 155,79 yen pada Senin (27/1/2025).
Namun, Greenback kembali naik sebanyak 0,5 persen di Asia pada pada Selasa (28/1/2025). Penguatan Dolar AS terjadi setelah Presiden Donald Trump dan Menteri Keuangannya Scott Bessent mengenai pembicaraan tarif telah berakhir dengan baik dan benar-benar berakhir.
Sementara itu pergerakan mata uang Euro turun 0,54 persen terhadap Dolar AS karena risiko tarif menjulang.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam saingan (mata uang) sempat turun ke level terendah sejak pertengahan Desember.
Apa yang.membuat DeepSeek mampu mengguncang pasar global?
Deepseek merupakan model kecerdasan baru yang dikembangkan oleh DeepSeek, sebuah perusahaan startup berbasis di Hangzhou, China, yang baru didirikan pada akhir 2023 lalu.
Masih menimbulkan pertanyaan bagaimana caranya teknologi AI yang kabarnya dibuat dengan budget jauh lebih rendah dibanding ChatGPT, Meta AI, OpenAI dan Gemini itu berhasil mencapai terobosan yang oleh investor teknologi terkenal Marc Andreessen disebut sebagai "momen Sputnik AI".
Mengutip CNN.com, DeepSeek mengatakan, pihaknya mereka hanya menghabiskan US$5,6 juta untuk model dasar AI-nya. Biaya tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan dana ratusan juta, bahkan miliaran dolar yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan AS untuk mengembangkan teknologi AI.
Yang lebih mengejutkan, keberhasilan pengembangan Deepseek ini terjadi saat AS telah berupaya selama bertahun-tahun untuk membatasi pasokan chip AI berdaya tinggi ke China dengan alasan masalah keamanan nasional.
Keberhasilan pengembangan ini membuat DeepSeek terbukti menjadi AI berbiaya rendah dengan chip AI yang dayanya relatif rendah.
Tokoh di balik Deepseek
Perusahaan pengembang Deepseek didirikan oleh manajer dana lindung nilai Tiongkok Liang Wenfeng.
Liang telah menjadi Sam Altman-nya China. Ia penginjil teknologi AI dan investasi dalam penelitian baru. Dana lindung nilai miliknya, High-Flyer, berfokus pada pengembangan AI.
Seperti startup AI lainnya, termasuk Anthropic dan Perplexity, DeepSeek merilis berbagai model AI kompetitif selama setahun terakhir yang telah menarik perhatian industri.
Model V3-nya meningkatkan kesadaran mengenai perusahaan tersebut. Namun, Wall Street Journal melaporkan, meskipun pembatasan konten seputar topik sensitif tentang pemerintah China, kepemimpinannya memicu keraguan mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai pesaing industri AI .
Namun R1, yang muncul begitu saja ketika diumumkan akhir tahun lalu dan kemudian diluncurkan minggu lalu, mendapat perhatian besar, terutama pada minggu ini ketika perusahaan tersebut mengungkapkan kepada Wall Street Journal bahwa biaya pengoperasiannya sangat rendah.
Tak hanya berbiaya rendah, DeepSeek juga bersifat open-source. Sifat itu membuat perusahaan lain dapat menguji dan mengembangkan model tersebut untuk memperbaikinya.
Berkat kelebihan itu, Aplikasi DeepSeek telah melonjak di 'tangga lagu' toko aplikasi, melampaui ChatGPT. Pada Senin (27/1/2025) kemarin, aplikasi itu telah diunduh hampir 2 juta kali. (rhm)