Jakarta, Harian Umum - Pakar Transportasi Agus Pambagio memberi kesaksian kalau pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh adalah ide mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi setelah diajak Presiden Xi Jinping setelah diajak naik Kereta Cepat China.
Kesaksian itu disampaikan Agus saat dihadirkan sebagai salah satu narasumber dalam diskusi yang diselenggarakan Strategis Institut di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
'Saya dipanggil Pak Presiden (Jokowi), (saya tanya); 'Ini ide siapa ide?", (Jokowi menjawab): "Saya". Saya kaget, karena saya pikir ini ide kementerian BUMN," kata Agus.
Pakar Transportasi yang juga pakar kebijakan publik ini memberi masukan kepada Jokowi karena biaya pembangunan Whoosh itu terlalu mahal, akan tetapi Jokowi mengabaikannya.
"Saya bilang; "Pak, ini tidak bisa, karena terlalu mahal dan di Jawa belum.perlu", (lalu Jokowi bertanya); 'Anda setuju dengan teknologi ini? Dan bangsa yang besar harus punya teknologi ini". Setuju sangat setuju," beber Agus.
Pakar Transportasi ini kemudian membeberkan alasan Jokowi ingin membangun Whoosh.
"(Kata Jokowi); "Nah, saya naik kereta cepat di China dengan Xi Jinping, enak sekali. Ditanya (Xi Jinping) apakah mau? Mau, mau," kata Agus menuturkan ucapan Jokowi.
Agus tidak menjelaskan kapan persisnya ia dipanggil Jokowi, akan tetapi ia menyebut bahwa jika tidak salah ingat, dia dipanggil Jokowi pada tahun 2015.
Seperti diketahui, Whoosh sedang menjadi masalah karena PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemilik 60% saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tidak mampu membayar utang pembangunan Whoosh ke China yang mencapai Rp2 triliun pertahun hingga 60 tahun berdasarkan keterangan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Panjaitan setelah tempo bayar utang itu direstrukturisasi dari 40 tahun menjadi 60 tahun.
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa sempat mengatakan bahwa ia tak mau membayari utang itu dari APBN, akan tetapi secara mengejutkan pada Senin (3/11/2025), Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa ia akan mengambil alih tanggung jawab pembayaran utang itu sebesar Rp1,2 triliun per tahun dari uang yang ditarik dari hasil korupsi.
Pernyataan Prabowo itu menuai kontroversi, bahkan dikritik mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu, Ekonom Anthony Budiawan dan Pengamat Politik Ubedilah Badrun yang juga dihadirkan Strategis Institut dalam diskusi kemarin, karena mereka mengendus adanya korupsi pada proyek itu.
Sebab, kata Said Didu, sampai sekarang tidak jelas siapa pimpinan proyek Whoosh dan siapa tim negosiasi proyek itu, karena KCIC maupun PSBI maupun Jokowi dan Luhut, tidak transparan.
Ubedilah Badrun menegaskan bahwa ketidaktransparanan itu merupakan pertanda adanya korupsi, karena pasti ada yang disembunyikan dari proyek itu dari pengetahuan publk, dan Anthony Budiawan bukan saja menyoroti pembengkakan biaya pembangunan Whoosh dari USD 6,07 triliun menjadi USD 7,5 triliun, akan tetapi juga biaya pembangunannya yang jauh lebih mahal dibanding biaya pembangunan kereta cepat China.
Sebab, Kereta Cepat China dibangun dengan biaya USD 17-18 juta per kilometer, sementara Whoosh mencapai USD 52 juta per kilometer.
Agus mengatakan, jika ingin membongkar korupsi Whoosh maka harus diteliti dan diinvestigasi ketika perusahaan China pemegang 40% saham KCIC dan empat BUMN dalam PSBI pemegang 60% saham KCIC, ketika membangun konstruksi Whoosh.
Perusahaan China pemegang 40% saham KCIC adalah Beijing Yawan HSR, sementara empat BUMN dalam PSBI pemegang 60% saham KCIC adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PTPN VIII.
DI PSBI, PT KAI merupakan pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan saham sebanyak 58,53% disusul PT Wijaya Karya (33,36%), PTPN VIII ( 1,03%), dan Jasa Marga (7,08%). (rhm)







