Jakarta, Harian Umum - Sedikitnya 25 elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Lintas Aliansi Adili Para Koruptor (Gladiator), Rabu (2/10/2025), menggelar aksi di KPK dengan agenda utama Tangkap Dan Adili Jokowi.
Ke-25 elemen tersebut di antaranya Aliansi Rakyat Menggugat (ARM), Pengacara dan Jawara Bela Umat (Pejabat), Forum AKSI, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAM)I Karawang, Barisan Merah Putih, Voice of Banten, UI Watch, Suara Rakyat Lebak, Asternal Bekasi, Koalisi Nasional Perempuan Indonesia (KNPRI), dan Solusaritas Masyarakat Jakarta Utara.
Massa yang berjumlah sekitar 1.000 orang mulai berdatangan ke lokasi sekitar pukul 12:00 WIB, dan mulai menggelar aksi pukul 13:00 WIB
Sejumlah tokoh hadir, di antaranya mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi, mantan KSAU Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, mantan Analis Kebijakan Utama Irwasum Polri Irjen (Purn) Napoleon Bonaparte, Pemerhati Politik dan Kebangsaan Rizal Fadillah, Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, Pakar Telematika Roy Suryo, mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, dan lain-lain.
Selain membawa satu mobil komando (Mokom) untuk berorasi, massa juga membawa spanduk dan poster-poster yang isinya sesuai tema aksi, tangkap dan adili Jokowi. Kalimat ini bahkan tertera di spanduk besar yang dipasang di body kiri dan kanan mokom.
"Jokowi itu layak untuk ditangkap dan diadili karena dia korupsi, dia KKN! Dia bahkan masuk nominasi pemimpin terkorup di dunia versi OCCRP," kata Rizal Fadillah yang didapuk sebagai orator pertama.
Ada lebih dari tujuh tokoh yang diberi kesempatan berorasi. Selain Rizal, Fachrul Razi, Slamet Soebijanto, Said Didu, Beathor Suryadi, Roy Suryo, Marwan Batubara dan Taufik Bahaudin dari UI Watch termasuk yang diberi kesempatan berorasi.
Suasana gedung KPK nampak tenang, meski para tokoh bergantian berorasi dengan Mokom yang dilengkapi enam speaker, dan kerap direspon demonstran dengan suara bergemuruh setiap kali ada orasi tokoh yang mereka respon dengan sahutan, teriakan, bahkan takbir.
Gedung Komisi Antirasuah itu dijaga pagar betis puluhan aparat kepolisian.
Dalam orasi-orasinya, para tokoh umumnya mengeritik kinerja KPK yang terkesan tak berani menangkap dan menjadikan Jokowi sebagai tersangka korupsi, meski kata mereka, bukti yang mengarah ke hal itu sangat banyak.
"Jokowi bahkan diduga sudah korupsi sejak masih menjadi Walikota Solo," kata Marwan Batubara.
Para tokoh mempertanyakan, apakah KPK tidak berani menyentuh Jokowi karena pimpinan KPK yang saat ini bertugas dipilih di era pemerintahan Jokowi?
Mereka pun meminta agar Presiden Prabowo Subianto segera mengganti pimpinan KPK agar tidak ada tebang pilih dalam penanganan korupsi. (rhm)
.