RAKYAT akan mencari keadilan dan kebenaran sesuai nurani dan akal sehatnya. Bisa jadi rakyat akan menggelar Sidang Rakyat.
-----------------------------
Oleh: Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Mahkamah Konstitusi (MK) salah ambil keputusan, revolusi di depan mata. Kira-kira itu rekaman sekilas tentang hasil Pilpres 2024.
Kecurangan dan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) oleh Presiden Joko Widodo, penekanan dan intimidasi oleh aparat, baik di pusat maupun di daerah untuk menangkan Paslon tertentu, bukan rahasia lagi.
Politisasi Bansos untuk memenangkan pasangan Nepotisme dan langgar UU serta Konstitusi, di depan Majelis Hakim Konsitusi tak dapat dibantah.
Bukti-bukti kecurangan dari Sirekap tak dapat dibantah oleh KPU dan ahli lain dari Paslon 02.
Film Dokumenter The Dirty Vote pun menemukan kebenarannya. Memang Pilpres ini didesain curang. Teknologi tak dapat diajak selingkuh.
MK tidak hanya berdalih kewenangan dengan mengadili kuantitatif angka - angka saja. Kalau angka kemenangan yang didapat dari kecurangan, dari proses yang curang, apakah itu dapat dikatakan sah dan Jurdil sebagai azas Pilpres?
Sidang MK pun diikuti secara seksama oleh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan rakyat tahu betapa tidak berdayanya KPU, Bawaslu dan DKPP untuk membela diri di depan Majelis Hakim Mahkamah. Demikian juga Tim 02 pun tak dapat membantah, bukti-bukti dan argumen ahli dari 01 dan 03.
Karena kecurangan Pilpres ini ditelanjangi di depan mata publik oleh para ahli dan pakar. Publik berterima kasih kepada Dr KMRT Roy Suryo, Dr Ir Leony, Ir Hairul Anas, Dr Feri Amsari, Dr Zainul Arifin Mokhtar,.Dr Bivitri Susanti dsb yang telah membongkar topeng KPU, Bawaslu dan DKPP.
Para tokoh bicara tentang Pilpres Luber dan Jurdil, dari Civil Society, mantan TNI-POLRI, ulama dan habaib, para tokoh bangsa, Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, Habib Rizieq Shihab dsb.
Sejumlah Massa aksi yang terus menerus aksi di KPU, Bawaslu, DPR hingga MK.
Megawati Soekarnoputri pun menulis tangan dengan tinta merah ke MK, sejumlah mahasiswa, sejumlah tokoh kampus. Kesemua itu mengingat MK agar memutus perkara secara adil dan benar. MK jangan mau diintimidasi dan ditekan oleh Istana. Rakyat akan kawal MK.
Jika semua usaha, perjuangan serta doa tulus dan aksi yang terus menerus, tetapi MK keukeuh tetap pada kewenangan untuk adili kuantitatif Pilpres, itu artinya: MK sedang menarik alarm kemarahan rakyat.
MK sedang menarik pelatuk tombol revolusi! Karena massa menganggap MK Pro Kecurangan sehingga mereka kecewa. Padahal, berbagai jenis kecurangan telah diurai telanjang di mata publik.
Rakyat akan mencari keadilan dan kebenaran sesuai nurani dan akal sehatnya. Bisa jadi rakyat akan menggelar Sidang Rakyat.
Kalau melihat dari suara para Tokoh Bangsa, dan para ulama dan habaib yang mendamba keadilan dan kebenaran yang berlaku di negeri ini, terabaikan, tidak dianggap dan disia-siakan.
Itu artinya MK memang sedang menabuh Gendang Revolusi. Dan jika itu terjadi, nasib MK pun akan habis tinggal nama, karena MK bisa jadi masuk ke Museum Sejarah.
Oleh karenanya, para Hakim MK dan kekuatan congkak yang selama ini selalu merasa hebat dan jumawa, kemarahan rakyat tak akan dapat dibendung.
Jutaan rakyat akan berbondong-bondong ke jalan, mencari keadilan dan kebenaran sendiri-sendiri.
Oleh karenanya, MK jangan menabuh Genderang Revolusi!