Jakarta, Harian Umum- Mantan Panglima TNI Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo dinilai punya potensi memenangi kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 karena dalam dua tahun terakhir elektabiltas dan popularitasnya terus menanjak naik dan mulai diperhitungkan.
Hal ini menjadi topik dalam diskusi publik bertajuk "Mencari Sosok Pilihan Rakyat, Melihat Peluang Jend TNI (Purn) Gatot Nurmantyo pada Pilpres 2019" di Rumah LIRA, Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2018).
Hadir sebagai narasumber Andi Syafrani, Peneliti/Ketua DPP LIRA; Adi Prayitno, dosen UIN Syarif Hidayatullah/Parameter Politik Indonesia; dan Ucok Choir, Sekjen Gatot Nurmantyo Untuk Rakyat (GNR).
Diskusi dipandu oleh Adjie Rimbawan dari Lembaga Indonesia Berdaulat.
Choir Ucok mengakui, dukungan para aktivis yang bergabung di GNR merupakan sebuah proses yang cukup lama. Diawali dari diskusi-diskusi kecil hingga mendeklarasikan Jendral Gatot Nurmantyo sebagai calon presiden 2019.
"Hal yang utama, dukungan itu diberikan karena Gatot merupakan sosok seorang patriot yang sangat dibutuhkan dalam kondisi negara seperti pada saat ini, dimana terjadi hegemoni/dominasi terhadap kedaulatan bangsa," katanya seperti siaran pers yang diterima harianumum.com dari Adjie.
Andi Syafrani, peneliti/Ketua DPP LIRA, mengakui, dalam hasil jajak pendapat yang dirilis beberapa lembaga survei, potensi Gatot mengalami tren elektabilitas yang positif, dari 3% menjadi 7%.
"Ini pencapaian popularitas tertinggi, mengingat Gatot belum melakukan gerakan yang massif terkait dukungan (untuk dirinya di Pilpres)," tegas dia.
Pernyataan Andi ini dikuatkan Adi Prayitno.
Menurut direktur Parameter Politik Indonesia itu, terkait modal sosial dan politik, Gatot Nurmantyo lebih punya potensi besar. Mulai dari kedekatannya dengan umat Islam, yang antara lain ditunjukkan dengan ikut dalam demo akbar 411 maupun 212, dan kecenderungan Gatot Nurmantyo berpihak kepada umat islam yang antara lain ditunjukkan melalui statemem-statemennya ketika ada pihak-pihak yang memojokkan atau mendiskreditkan Islam maupun umat Islam.
"Gatot Nurmantyo (juga) merupakan mantan panglima TNI yang kita tahu, punya dukungan dari keluarga besar TNI," tegas dosen UIN itu.
Tak hanya itu, menurut Adi, sebagai sesama mantan anggota TNI, hubungan Prabowo dengan Gatot Nurmantyo juga merupakan kedekatan yang lazim, dan saling mendukung, sehingga bisa saja terjadi Prabowo mengusung Gatot Nurmantyo, dan ketua umum Partai Gerindra itu menjadi “King Makers” seperti Megawati memberikan tiket kepada Jokowi di 2014 dan 2019 mendatang.
Adi Syafrani mengingatkan, ada indikasi kalau skenario Pilpres mirip sepertinya Pilkada DKI 2017, sehingga jika benar-benar poros ketiga terbentuk, maka Pilpres kemungkinan akan berlangsung dua putaran.
"Energi menolak Jokowi tidak serta merta menaikan elektabiltas Prabowo kalau menurut hasil survey. Artinya, menolak Jokowi bukan berarti memilih Prabowo," tegas ketua DPP LIRA tersebut.
Diskusi yang diikuti oleh para aktivis Jakarta, relawan dan masyarakat umum ini berlangsung seru karena terjadi tanya jawab antara hadirin dengan para narasumber.
Namun demikian, satu hal yang terbaca dari diakusi ini adalah, semua menginginkan adanya perubahan terhadap kepemimpinan nasional melalui Pilpres 2019. (rhm)