Jakarta, Harian Umum- Eksekutif Produser Film '212 The Power of Love', Erick Yusuf, berharap film yang diproduksinya ini, yang terinspirasi true event Aksi Bela Islam pada 2 Desember 2016 (Aksi 212), dapat menembus box office dan menjadi film terbaik.
"Kami berharap film ini mengalahkan film Dilan 1990," katanya saat gala premier film '212, The Power of Love' di Bioskop Epicentrum XXI, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2018).
Ia optimis film yang dibintangi Fauzi Baadilah ini akan mampu menyedot penonton dari kalangan umat Islam, khususnya para Alumni 212, karena film ini dapat membangkitkan kembali kenangan indah keterlibatan mereka dalam event yang dianggap paling fenomenal dalam sejarah modern tersebut.
Selain hal itu, film ini juga merupakan media edukasi bahwa umat Islam adalah umat yang toleran, penuh cinta kasih dan tidak radikal.
Meski demikian, produser film ini, Helvy Tiana Rosa, mengakui kalau film ini punya kendala sangat besar untuk mencapai box office.
"Agaknya banyak yang takut terhadap film ini, sehingga kita hanya diberi layar sedikit sekali, kurang dari 80 layar, di antaranya 20 layar di jaringan Bioskop 21 dan 22 layar di Cinemax. Kalau dalam dua hari penayangan setelah dirilis Rabu (9/5/2018) jumlah penonton sedikit, film kita tidak bisa tayang lagi," keluhnya.
Ia pun mengimbau kepada seluruh umat Islam, khususnya Alumni 212, agar berbondong-bondong menonton film ini pada Rabu besok dan Kamis (10/5/2018), sehingga film ini dapat terus tayang, dan jumlah layar akan ditambah.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, sejak masih dalam produksi, film yang skenarionya dibuat Ali Eunoia dan sutradara film ini, yakni Jastis Arimba, telah mengalami banyak kendala.
Sponsor film ini mundur semuanya, sehingga agar film dapat diselesaikan, digunakan dana wakaf yang bersumber dari dana hasil patungan.
Tak hanya itu, film ini juga sulit sekali mendapatkan izin penggunaan sebuah lokasi untuk syuting, sehingga skenario harus berkali-kali dicek.
"Mau syuting di sebuah lokasi misalnya, itu nggak boleh. Ada banyak titik-titik yang kita nggak boleh syuting. Izinnya buat lolos itu sulit, setahu saya ya," kata Fauzi Baadilah.
Film '212 The Power of Love' terinsiprasi dari Aksi Bela Islam yang diselenggarakan di kawasan Monas, Jakarta Pusat, pada 2 Desember 2016. Aksi ini digalang GNPF-MUI untuk menuntut Polri agar segera menuntaskan kasus penistaan agama oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan meski ada kesan kalau pemerintahan Jokowi melindungi Ahok, Gubernur Jakarta itu akhirnya divonis 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Tak hanya itu, dari Aksi 212 juga kemudian muncul organisasi kemasyarakatan (Ormas) bernama Presidium Alumni 212 dan Persaudaraan Alumni 212. Kedua Ormas ini dipercaya dapat mempengaruhi konstelasi politik di Indonesia, khususnya saat Pileg dan Pilpres 2019, karena massa dari kedua organisasi ini dipastikan takkan memilih Presiden Jokowi yang maju di Pilpres 2019 sebagai calon incumbent, dan akan memilih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto jika mantan Danjen Kopassus ini maju dan head to head dengan Jokowi.
Tak heran jika pemerintahan Jokowi dan para pendukungnya takut pada film '212 The Power of Love' karena secara psikologis, film ini dapat menguatkan lagi sentimen terhadap pemerintahan Jokowi yang telah terlanjur dicap sebagai pelindung Ahok, dan menguatkan ikatan emosional umat Islam, khususnya di antara alumni 212.
Maklum, Presiden Jokowi dan pendukungnya ingin Jokowi terpilih lagi di Pilpres 2019 agar menjadi presiden ke-7 untuk periode kedua.
Penyanyi Syahrini yang hadir dalam gala premier mengatakan, untuk mengatasi kendala layar, dia akan bicara kepada pengelola bioskop, termasuk jaringan Bioskop 21.
"Saya akan bicara dengan mereka agar film ini diberi banyak layar," katanya.
Sedang Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, ia akan meminta kader partainya untuk nonton bareng film ini.
"Film ini bagus, saya beri nilai 99,9," katanya usai nonton gala premier '212 The Power of Love'. (rhm)