Berlin, Harian Umum - Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) telah mengamati perilaku luar biasa dan tak biasa di lapisan bawah atmosfer Matahari, karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Korona Matahari merupakan lanskap yang selalu berubah dengan serangkaian fitur menarik, mulai dari "lumut" hingga "hujan". Rekaman baru ini menyediakan posisi terdepan bagi Matahari yang saat ini aktif.
"Di cakrawala Matahari, kita dapat melihat spikula, puncak plasma yang memanjang dari kromosfer hingga ke mahkota Matahari di atasnya. Mereka meluas hingga 10.000 kilometer (6.200 mil) ke tingkat atmosfer matahari yang lebih tinggi," demikian dilaporkan IFL Science, Senin (6/5/2024).
Selain hal tersebut, jelas IFL Science, kita juga dapat melihat "lumut" koronal, pola plasma mirip renda yang ditemukan di dasar lengkung koronal, dengan struktur mirip lengkungan yang terlihat memanjang jauh di atas permukaan Matahari.
Perulangan tersebut menciptakan efek lain: hujan koronal. Lingkarannya sangat terang karena sangat panas, sekitar 1 juta °C. Beberapa plasma mendingin dan, berkat gravitasi, kembali turun dalam gumpalan gelap dengan kepadatan tinggi yang dikenal sebagai "hujan".
Gumpalan ini masih panas, tetapi tidak terlalu panas pada suhu mungkin kurang dari 10.000 °C (18.000 °F). Lingkaran ini lebih mudah dilihat karena warnanya jauh lebih gelap dibandingkan lingkaran mahkota yang sangat panas. Ini adalah Matahari dalam kondisi ultraviolet ekstrim.
Solar Orbiter mengambil video tersebut pada tanggal 27 September 2023, dan beberapa hari kemudian, tepatnya pada 7 Oktober, Solar Orbiter berada pada jarak terdekatnya dari Matahari, tak i 43 juta kilometer (26,7 juta mil). Itu kurang dari sepertiga jarak Bumi-Matahari.
Pada hari yang sama saat video diambil, Parker Solar Probe milik NASA sedang berada pada jarak hanya 7,26 juta kilometer (4,51 juta mil) dari Matahari, sehingga badan antariksa bekerja sama.
Parker mengukur partikel dan medan magnet di korona Matahari dan angin Matahari, sementara Solar Orbiter mengamati wilayah asal angin Matahari yang mengalir melewati Parker. Bersama-sama, pesawat ruang angkasa ini memberikan wawasan penting tentang Matahari dan cara kerjanya.
Dalam video Matahari sebelumnya, kita telah melihat letusan spektakuler yang melepaskan partikel dalam jumlah besar ke Tata Surya. Pada bulan September 2023, Solar Orbiter melihat letusan yang lebih kecil – meskipun masih lebih tinggi dari seluruh planet kita – serta lumut koronal, hujan koronal, dan spikula, semuanya dengan sangat detail sebagaimana yang baru saja dirilis.
Video ini memberikan wawasan baru tentang proses yang terjadi di korona Matahari, yang masih belum sepenuhnya dipahami. Para ilmuwan berharap dengan mempelajari fitur-fitur ini lebih lanjut, mereka dapat lebih memahami bagaimana Matahari bekerja dan bagaimana ia memengaruhi lingkungan di sekitarnya. (man)