Sukabumi, Harian Umum - Proyek Bukit Algoritma di Sukabumi, Jawa Barat, mangkrak, meski ground breaking proyek senilai Rp18 triliun itu telah dilakukan sejak 9 Juni 2021.
Proyek yang disebut-sebut akan menjadi pusat riset dan teknologi sebagaimana halnya Sillicon Valley di Amerika Serikat itu rencananya akan didirikan di lahan seluas 888 hektare yang meliputi tiga desa di Kecamatan Cikidang, yakni Desa Cicareuh, Pangkalan, serta Tamansari; dan satu desa di Kecamatan Cibadak, yakni Desa Neglasari.
"Saya bertugas di Kecamatan (Cikidang) ini baru satu tahun, dan memang dalam setahun ini tidak ada kegiatan sama sekali untuk proyek Bukit Algoritma itu," ujar Camat Cikidang, Hasanudin, Senin (4/9/2023).
Bukit Algoritma rencananya akan dibangun dalam Kawasan Ekonomi Khusus Cikidang yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021. Namun, kawasan Proyek Bukit Algoritma sendiri berada dalam area perkebunan sawit milik pengusaha bernama Budi Handoko yang saat ini dikelola oleh anaknya yang bernama Dani Handoko.
"Status tanah itu HGU (hak guna usaha)," jelas Hasanudin.
Berdasarkan penelusuran di Google diketahui kalau Dani adalah direktur utama PT Bintang Raya. Perusahaannya bersama PT Aamka adalah perusahaan-perusahaan yang menandatangi memorandum of understanding (MoU) pembangunan Bukit Algoritma dengan Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO, Budiman Sudjatmiko.
Groud breaking Bukit Algoritma, kata Hasanudin, juga menurut warga sekitar, dulu dilakukan di Hotel Club House yang dikelola Dani. Hotel ini berada di Desa Tamansari.
Hasanudin dan warga memastikan bahwa untuk di Desa Tamansari, titik pembangunan Bukit Algoritma berada di area dimana Club House berada dan di sekitarnya.
Namun, sejauh mata memandang, juga saat Harian Umum melakukan penelusuran hingga mendekati Desa Naglasari, tak ada pembangunan apapun. Kondisi lingkungan di situ masih berupa hamparan kebun sawit, ladang, semak belukar dan rumah-rumah warga.
"Dulu waktu ground breaking ada bolduser dan traktor, tapi setelah ground breaking, bolduser dan traktor itu dibawa lagi," kata warga yang tinggal tak jauh dari Club House, tetapi tak mau namanya disebutkan.
Warga mengaku sangat berharap proyek Bukit Algoritma direalisasikan karena yakin dapat meningkatkan perekonomian mereka.
"Tapi ternyata itu cuma Proyek Impian, makanya nggak jelas kapan jadi kenyataan" katanya lagi.
Harian Umum mencoba melakukan konfirmasi kepada Dani, tetapi yang bersangkutan tidak berada di Club House. Seorang karyawannya yang mengaku bernama Akbar, mengatakan kalau Dani sedang keluar.
Namun, ketika ditanya apa yang menyebabkan Bukit Algoritma belum terealisasi, ia mengatakan sedikitnya ada tiga alasan.
"Informasi yang saya dapat, pertama karena pandemi Covid-19 kemarin; kedua karena Jalan Tol Jagoratu yang menghubungkan Parung Kuda dengan Cibadak, belum dibangun. Kalau jalan tol itu sudah selesai, akses masuk ke Bukit Algoritma dari Cibadak, sehingga Cibadak akan menjadi bagian depan dari Bukit Algoritma, sedang yang di sini (area Club House) di belakang,' jelasnya.
Untuk alasan ketiga, lanjut Akbar, karena belum ada investornya.
Ketika ditanya bukankah anggaran Bukit Algoritma sebesar Rp18 triliun berasal dari APBN? Akbar mengatakan bahwa yang ia tahu, itulah alasan mengapa Bukit Algoritma belum berjalan.
Saat dikonfirmasi kepada Hasanudin, Camat Cikidang ini mengatakan bahwa ia tak tahu persis alasan mangkraknya proyek Bukit Algoritma, karena selama ini dari pihak kontraktor proyek itu tidak pernah memberikan informasi maupun berkoordinasi dengan pihak kecamatan.
"Kalau harapan kita tentunya proyek itu bisa segera terealisasi, karena bisa berdampak kepada masyarakat, khususnya sektor ekonominya, karena dapat membuka lapangan pekerjaan, ekonomi masyarakat akan terdongkrak, dan juga dapat meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata," katanya.
Seperti diketahui, selain sebagai ketua pelaksan PT Kiniku Bintang Raya, Budiman Sudjatmiko merupakan penggagas proyek Bukit Algoritma. (rhm)