Jakarta, Harian Umum - Forum Negarawan (FN), sebuah forum yang terdiri dari para tokoh, Sabtu (11/11/2023), menggelar pertemuan ke-9 di salah satu restoran di Jakarta Timur, dengan mengambil tema yang menggelitik, yakni "Apakah Pak Jokowi Negarawan atau Maling Kesiangan?".
Puluhan tokoh yang tergabung dalam FN hadir dalam acara ini, di antaranya Eko Sriyanto Galgendu (Wali Spiritualis Nusantara sekaligus inisiator FN), Siti Fadilah Supari (mantan Menteri Kesehatan), Kun Wardana Abyoto (ilmuwan), Komjen Pol Dharma Pongrekun (polisi), Setyo Hajar Dewantoro (pakar spiritualis murni), DR. Sondiamar, Prof. Yudhie Haryono (akademisi dan inisiator FN), dan Nurrachman Oerip SH (mantan Dubes).
Dari 30 lebih tokoh FN yang hadir itu, sembilan di antaranya memberikan pandangannya terkait kondisi Indonesia saat ini dan tantangan FN yang berorientasi menjaga keutuhan NKRI dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu tokoh FN yang memberi pandangan adalah Eko Sriyanto Galgendu.
Sesuai tema yang diusung, Eko secara halus menyindir Jokowi yang memimpin Indonesia dengan pola yang jauh dari harapan masyarakat, termasuk cawe-cawe untuk Pilpres 2024 demi melanggengkan kekuasaan, dan bahkan dicurigai tengah membangun politik dinasti.
"Tantangan kita sekarang adalah lahirnya negarawan, yakni orang-orang yang memiliki jiwa berani berkorban dan ikhlas terhadap yang menjadi perjuangannya," kata dia.
Namun, imbuh teman kecil Jokowi ketika masih di Solo itu, sekarang ini banyak masyarakat kita yang tertarik menjadi pemimpin, tetapi setelah berkuasa, dia lebih berorientasi pada kekuasaan dan harta.
Contoh-contoh yang diperlihatkan pada panggung politik kita, lanjut dia, hampir semuanya tidak menunjukkan nilai-nilai, termasuk nilai-nilai pendidikan, agama, dan tidak ada lagi silih asah silih asih dan silih asuh.
'Kalau ini dibiarkan, akan menimbulkan eskalasi konflik yang kian besar. (Di sinilah pentingnya) bagaimana Forum Negarawan bisa berdiri di tengah untuk menjaga tetap berdirinya bangsa dan negara ini,' tegas dia.
Delapan tokoh yang lain memiliki pandangan yang umumnya cenderung seragam karena memiliki orientasi yang sama, yakni bagaimana Indonesia lebih baik ke depannya dengan dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki sifat kenegarawanan yang lebih mementingkan kepentingan bangsa dan negara dibanding kepentingan pribadi dan kelompok.
Di antara mereka ada yang menyebut bahwa akar permasalahan dari bangsa ini adalah amandemen UUD 1945 pada tahun 1999-2002 yang melahirkan UUD 2002, sehingga Indonesia harus kembali ke UUD 1945.
Dan yang menarik adalah apa yang disampaikan Siti Fadilah Supari dan Kun Wardana Abyoto yang menyoroti program pemerintah memberantas demam berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan nyamuk yang telah disuntikkan dengan bakteri walbochia, karena menurut mereka, program hasil kerja sama dengan The World Mosquito Programme itu berisiko menimbulkan dampak negatif.
Komjen Pol Dharma Pongrekun menambahkan bahwa program itu merupakan program dari sebuah kelompok yang sedang melakukan depopulasi penduduk dunia dengan tujuan tertentu.
Berikut nama-nama tokoh yang memberikan pandangannya dalam Forum Negarawan ke-9.
1. Prof. Siti Fadila Supari
2. Sondiamar, Ph.D
3. Romo Sunardjo Sumargono, Ph.D
4. Komjen Pol Darma Pongrekun
5. Laksamana TNI Purn. Slamet Soebijanto
6. Kun Wardana Abyoto, Ph.D
7. Eko Sriyanto Galgendu
8. Nurachman Urip, Ph.D
9. Setyo Hajar Dewantoro
Moderator acara ini ada dua orang. Salah satunya Prof. Yudhie Haryono.
Di penghujung acara, peserta Forum Negarawan ke-9 membacakan ikrar yang berbunyi sebagai berikut:
"Aku bersumpah demi negeri ini, negara kesatuan Republik Indonesia
1. Kami bangsa Indonesia berketuhanan yang maha esa
2. Kami bangsa Indonesia berkemanusiaan yang adil dan beradab
3. Kami bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia
4. Kami bangsa Indonesia berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawratan perwakilan
5. Kami bangsa Indonesia berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
(rhm)