Jakarta, Harian Umum - Unjuk rasa ratusan buruh yang tergabung dalam Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB) di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (21/11/2023), berujung pemukulan mundur oleh polisi.
Pasalnya, massa yang menuntut agar upah minimum provinsi (UMP) DKI 2024 dinaikkan 15% itu merobohkan pagar balaikota, dan merusak pintu gerbangnya dalam upaya untuk merobohkannya pula.
Insiden menegangkan ini terjadi karena meski orator buruh secara bergantian meminta Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono agar menemui mereka dan mendiskusikan tuntutannya, Heru tak juga mau keluar.
Buruh meminta Heru keluar dari Balaikota dan menemui mereka, karena mereka mendapat informasi bahwa hari ini Heru akan menetapkan UMP DKI 2024 hanya naik sekitar 3-5% dari Rp4,9 juta/bulan pada 2023, menjadi Rp5,1 juta/bulan pada 2024.
Buruh menilai, di tengah harga pangan, harga BBM dan biaya pendidikan yang begitu tinggi, UMP Rp5,1 juta/bulan tetap tidak mencukupi kehidupan mereka.
"Hey, Heru! Keluar kau, jangan sembunyi! Kami ini wargamu!" teriak seorang orator dari mobil komando.
Mereka menyesalkan karena dalam.menetapkan UMP 2024, Heru berpatokan pada PP Nomor 51 Tahun 2023 yang di dalamnya terdapat regulasi tentang formula upah.
Dalam regulasi itu terdapat perhitungan Alfa yang boleh ditetapkan setiap pemerintah daerah, termasuk Pemprov DKI Jakarta, tetapi dibatasi hanya hingga kisaran 0,1-0,3%. Buruh menolak formula itu, apalagi karena mencerminkan bahwa pemerintahan Jokowi yang menerbitkan PP itu memang sengaja ingin pekerjanya dibayat murah sehingga tidak bisa sejahtera.
Karena Heru tak kunjung keluar, massa buruh mengguncang-gungcang pintu gerbang tengah Balaikota dan pagar di sampingan. Pintu gerbang tak tergoyahkan, tetapi pagar roboh.
Pagar dari stainless steel yang terdiri dari dua bilah itu kemudian digotong ke tengah Jalan Medan Merdeka Selatan di depan Balaikota untuk mencegah kendaraan berlalu lalang. Mereka juga membuat api unggun di dekat pintu gerbang yang gagal dirobohkan.
Polisi dan Satpol PP yang bersiaga di halaman dalam Balaikota, bersiaga untuk mencegah buruh menyerbu masuk melalui pagar yang telah dirobohkan.
Kemudian, karena Heru tak juga menemui mereka meski terus diteriaki, massa buruh dalam jumlah lebih banyak kembali mengguncang pintu pagar untuk dirobohkan. Upaya itu hampir berhasil karena bagian tengah pintu gerbang telah melesak ke dalam, namun bersamaan dengan itu Kasatpol PP Arifin datang dan meminta massa menghentikan aksinya.
Massa sempat menolak, namun Arifin terus melakukan persuasi, dan bersamaan dengan itu terdengar raungan mobil polisi dari arah Jalan Medan Merdeka Utara menuju Balaikota. Terlihat Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro datang bersama pasukannya, plus tiga mobil taktis.
Dari atas mobil, dia meminta buruh meninggalkan Balaikota karena telah berbuat anarkis dengan merusak pagar Balaikota.
Buruh semula menolak dengan dalih bahwa aksi mereka adalah aksi damai, tetapi Kapolres membantah klaim itu.
"Kalian telah melakukan pengrusakan, tinggalkan tempat ini," katanya.
Aparat kepolisian membuat dua barikade, di mana barikade terdepan bertugas mendorong massa buruh yang memiliki tiga mobil komando, agar meninggalkan Balaikota.
Buruh terlihat seperti membangkang, sehingga Kapolres memerintahkan aparatnya untuk terus maju, sehingga buruh pun akhirnya meninggalkan Balaikota meski dengan setengah hati. (rhm)