Jakarta, Harian Umum - Indonesia diminta waspada karena diduga kuat memakai Pegasus, spyware canggih buatan Israel.
Indonesia wajib waspada menyusul meledaknya ribuan pager dan peralatan komunikasi, termasuk walkie talkie, milik Hizbullah dalam dua hari beruntun beberapa hari lalu.
Pager-pager itu dipesan dari Gold Apollo, perusahaan di Taiwan, tapi belakangan diketahui pager-pager itu dibuat oleh mitra perusahaan itu yang berada di Hongaria.
Hasil penelitian otoritas Lebanon menemukan, dalam pager-pager yang meledak itu telah ditanami Booby-trapped yang dapat membuat pager-pager itu meledak.
Hizbullah menduga kuat Mossad dan Unit 8200 Israel merupakan dalang di balik ledakan yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan orang lainnya itu..
Menurut Pengamat pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, apa yang terjadi di Lebanon membuktikan betapa berbahayanya senjata Israel, sehingga jika benar ada penegak hukum di Indonesia memakai senjata Israel, maka mesti dikaji ulang pemakaiannya.
"Ada yang bilang begitu (penegak RI pakai Pegasus), tapi kan itu belum kita konfirmasi. Cuma kita perlu mengingatkan dengan kejadian ini, Nah, kita harus mengingatkan supaya kita betul-betul berhati-hati dalam gunakan perangkat ini," kata Fahmi dalam program DipTalk seperti dilansir Kumparan, Senin (23/9/2024).
Fahmi menegaskan, Israel bisa saja menggunakan Pegasus yang dipakai Indonesia dengan tujuan buruk, karena Indonesia adalah negara pendukung kemerdekaan Palestina.
"Ya, tentu mau tidak mau kita harus siap berhadapan langsung atau tidak langsung dengan Israel, karena Israel ini tadi ya, lebih mengutamakan operasi-operasi clandestine, operasi-operasi yang tidak terlihat, tentu teknologi yang menjadi kuncinya," jelas dia.
Ia meyakini, ketika Indonesia menggunakan Pegasus, maka bukan tidak mungkin kerentanan atau celah keamanan Indonesia makin besar.
"Ya istilahnya, kalau benar itu Pegasus itu ya bikinan Israel dan kita menggunakan (produk) Israel, dan yang menggunakan adalah instansi penting di Indonesia. Penegak hukum mungkin, ya. Hati-hati saja itu," pinta dia.
Karena besarnya potensi bahaya, Fahmi mendorong pihak-pihak keamanan di Indonesia menciptakan spyware sendiri tanpa bergantung pihak lain, apalagi Israel.
"Kalau memang itu dirasa menjadi kebutuhan, ya gimana caranya kita harus... ini talenta-talenta digital kita ini diajak mikir, ayo bantu kami bikin spyware, spyware merah putih bahkan, misalnya begitu supaya kita tidak tergantung pada produk dari negara yang punya potential conflict dengan kita. Ya Israel potential conflict-nya begitu besar. Jadi kita itu harus hati-hati untuk mengkonsumsi software maupun hardware dari pihak lain," pungkas dia.
Untuk diketahui, dugaan bahwa aparat penegak hukumIndonesia menggunakan Pegasus, mencuat 2021 setelah penyidik senior KPK, Novel Baswedan, menyampaikan via twitter pribadinya bahwa ponselnya telah mengalami peretasan. Dia juga mengungkap akun Telegram miliknya dan milik Sujanarko, Direktur PJKAKI KPK, telah diretas.
Peretasan itu dikaitkan dengan kemungkinan penggunaan Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group. WhatsApp pernah menyampaikan perusahaan Israel itu terlibat dalam peretasan pengguna WhatsApp.
Kemudian pada 21 Mei 2021 anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon, menyebut Indonesia memang memakai Pegasus. Menurut politikus PDIP ini, sudah lama alat itu digunakan oleh para intelijen Indonesia, terutama menangani terorisme.
"Iya kita punya. Kita punya di Donggala, di Poso (Sulawesi Tengah), kita punya, suka pakai. Sama di Papua, Pegasus," kata Effendi kala itu. (man)