Jakarta, Harian Umum- Forum Aspirasi Indonesia, Senin (28/5/2018) di Cikini, Jakarta Pusat, melaunching sebuah gerakan yang dinamai Indonesia Pasca Jokowi (IPJ).
"IPJ ini merupakan sebuah wadah yang akan menyusun sebuah konsep bagaimana Indonesia dikelola setelah Jokowi tidak lagi menjadi presiden di 2019," jelas Ketua Forum Aspirasi Indonesia, Lieus Sungkharisma, kepada wartawan.
Ia meyakini kalau Presiden Jokowi akan kalah di Pilpres 2019, dan pesta demokrasi lima tahunan itu akan menghasilkan presiden baru.
Sebab, tren hestek #2019Ganti Presiden telah kemana-mana, dan ini mengindikasikan kalau mayoritas rakyat Indonesia sudah tidak menghendaki Jokowi kembali menjadi presiden, sehingga tak perlu lagi memikirkan bagaimana caranya mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019, karena dia sudah pasti kalah.
"Kami malah berharap Pak Jokowi legowo dan jangan mau terus didorong-dorong agar terus nyapres," katanya.
Sekretaris Forum Aspirasi Indonesia, Aminuddin, menegaskan, pembentukan IPJ ini sangat penting agar apa yang terjadi di era reformasi tidak terulang.
"Dulu saat Orde Baru dilengserkan, kita berharap banyak dari Orde Reformasi yang bergulir, tapi kita lihat sekarang; keadaan negara kita tidak menjadi lebih baik karena jalannya Orde Reformasi berantakan, kehilangan arah, karena dulu kita hanya menginginkan perubahan, tapi tidak menyiapkan apa saja yang harus kita lakukan untuk mengisi perubahan itu," katanya.
Dengan adanya ITJ, tegas dia, Forum akan melibatkan banyak tokoh yang kompeten di bidangnya masing-masing untuk memberikan masukan sebagai bahan dasar penyusunan konsep, dan setelah matang akan diserahkan kepada presiden baru hasil Pilpres 2019.
Penyerapan masukan dari para tokoh itu akan dilakukan melalui acara yang dinamai Tausyiah Kerakyatan yang diselenggarakan mulai 9 Juni mendatang. Tokoh yang dilibatkan di antaranya Yusril Ihza Mahendra untuk bidang hukum tatanegara; Amien Rais; Rizal Ramli untuk bidang ekonomi; Fuad Bawajir dalam bidang keuangan, dan lain sebagainya.
Anggota Forum Aspirasi Indonesia Gede Sriyana menambahkan, pelibatan para tokoh ini bertujuan untuk memetakan kerusakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi di setiap bidang agar dapat dibenahi oleh presiden pengganti Jokowi.
"Sejak berkuasa pada Oktober 2014, banyak kerusakan yang ditimbulkan Presiden Jokowi di setiap bidang. Karenanya, dengan melibatkan tokoh atau pakar di setiap bidang, baik ekonomi, hukum dan lain-lain, kita akan tahu apa saja yang telah dirusak untuk kita perbaiki lagi," katanya.
Anggota Forum Aspirasi Indonesia Sugiyanto bahkan tegas mengatakan kalau pemerintahan Jokowi masuk kategori pemerintahan gagal, karena di pemerintahan ini Indonesia mengalami banyak kemunduran akibat janji-janji yang tidak ditepati, bahkan dilanggar, sehingga negara selalu gaduh.
"Janji Jokowi bahwa pertumbuhan ekonomi bisa 8%, ternyata hanya mencapai 5,96%, sementara saat Orde Baru pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7% dan di era pemerintahan SBY rata-rata 6%," katanya.
Tak hanya itu, janji Jokowi untuk tidak impor, yang terjadi malah saat ini semua kebutuhan justru diimpor. Sementara janji menyediakan 10 juta lapangan pekerjaan, yang dilakukan malah mengeluarkan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 yang mempermudah tenaga kerja asing bekerja di Indonesia.
Ketika ditanya siapa capres yang dijagokan Forum Aspirasi Indonesia yang diyakini akan dapat mengalahkan Jokowi di 2019? Lieus mengatakan, pihaknya akan menjaring 20 nama melalui Tausyiah Kerakyatan. Nama-nama itu kemudian akan diusulkan kepada partai-partai yang tidak mengusung Jokowi di 2019.
"Soal siapa saja dari 20 nama itu, antara lain nama-nama yang saat ini sudah bermunculan," katanya.
Forum berharap, dengan konsep yang disusun IPJ, presiden pengganti Jokowi dapat membawa Indonesia ke arah yang benar dan menjadi lebih baik, tidak seperti nasib Indonesia di Orde Reformasi yang kehilangan arah dan berantakan. (rhm)