Jakarta, Harian Umum - Seorang nenek almarhumah Hindun, 77 tahun, warga RT 09 RW 05, Jalan Karet Karya III nomor 2, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan di ketahui pendukung penista agama (Gubernur incumbent Basuki Tjahaja Purnama) dalam pilkada Jakarta. ditolak Jenajahnya dimandikan di masjid. Hindun meninggal pada Selasa, 6 Maret lalu sekitar pukul 14.00 WIB.
Sunengsih anak bungsu dari almarhumah Hindun mengaku bingung dengan alasan Ustad Syafii yang menyuruhnya mensholatkan dirumah saja.
“Saya tanya gimana pak? Pak Ustad Syafii bilang jangan, karena orang tidak ada, jadi disuruh disalatkan di rumah saja,” ujar Sunengsih, Sabtu, 11 Maret 2017.
Sunengsih mengaku kecewa dengan warga seperti ini jenasah ibunya tak dipekenankan disalatkan di musala Al-Mu'minun yang berada di RT 08, berjarak 50 meter dari rumahnya.
Setelah disholatkan dirumah, jenasah Hindun dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo sekitar pukul 18.30. Esok harinya ia mendengar cerita bahwa ibunya sengaja tak boleh disalatkan di musala karena mendukung Ahok. Sunengsih tak tahu maksud warga, karena selama ini dia dan keluarganya juga tak paham dengan pilkada DKI Jakarta.
Sunengsih membenarkan bahwa saat pemilihan gubernur putaran pertama ibunya memilih pasangan Ahok-Djarot. Kata dia, ibunya mencoblos di rumah karena sedang sakit. Petugas dari Panitia Pemungutan Suara menanyakan pilihan Hindun yang akan dicoblos, kemudian Hindun mencoblos surat suara bergambar Ahok-Djarot.
Syafii sendiri tidak berada di rumah saat Kata warga setempat, Syafii pergi ke luar kota karena urusan keluarga. Seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya mengatakan Ustad Syafii suda berbaik hati mensholatkan Hindun, tapi difitnah keluarganya. “Saat itu kami tidak ada di rumah, karena kerja,” ujar tetangga Syafii itu.