Jakarta, Harian Umum- Ketua Masyarakat Pemantau Kebijakan Eksekutif dan Legislatif (Majelis), Sugiyanto, meminta masyarakat untuk berhenti menghujat pemerintahan Jokowi yang lagi-lagi, pada Minggu (1/7/2018), menaikkan harga BBM secara diam-diam, tanpa sosialisasi.
Pasalnya, menurut dia, kebijakan Jokowi ini sangat bagus bagi politisi yang bakal head to head dengan Jokowi di Pilpres 2019.
"Kebijakan menaikkan harga BBM merupakan kebijakan yang tidak populis, sehingga setiap kali sebuah pemerintahan menaikkan harga BBM, pasti dikritik, di-bully dan dihujat, bahkan didemo. Tak terkecuali di era Presiden SBY. Dulu, di era pemerintahan SBY, yang paling getol mengkritik dan memdemo jika pemerintah menaikkan harga BBM adalah PDIP yang mengklaim dirinya sebagai partai wong cilik," jelas Sugiyanto kepada harianumum.com di Jakarta, Selasa (2/7/2018).
Ia menjelaskan, bagusnya kebijakan Jokowi menaikkan harga BBM bagi politikus yang bakal head to head dengan Jokowi di Pilpres 2019 adalah, jika pada kontestasi itu Jokowi kalah dan lawan Jokowi menjadi presiden, maka presiden baru yang bakal berkuasa hingga 2024 itu tak perlu lagi repot-repot menaikkan harga BBM karena harga bahan bakar minyak itu sudah sangat mahal, sehingga sang presiden baru dapat fokus membenahi pertumbuhan ekonomi agar dapat kembali mencapai 6% seperti di era SBY, atau bahkan tembus lagi 7% seperti di era Orde Baru.
"Jadi, dengan menaikkan harga BBM pada Minggu (1/7/2018) kemarin, secara tak langsung Jokowi sebenarnya sedang pasang badan bagi presiden penggantinya nanti, sehingga sang presiden baru tak perlu merasakan pengalaman dihujat dan diprotes rakyatnya sendiri seperti yang dialami Jokowi saat ini," tegasnya.
Aktivis yang akrab disapa SGY ini bahkan menilai kalau Jokowi layak diganjar penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas "pengorbanannya" ini yang akan sangat meringankan kerja presiden penggantinya kelak, di sektor energi.
Hal yang lebih layak lagi untuk diapresiasi dari tindakan Jokowi menaikkan harga BBM adalah, lanjut SGY, Jokowi menaikkannya dalam suasana tahun politik dimana tahun ini Indonesia menggelar Pilkada serentak di 171 daerah, dan tahun depan Indonesia menyelenggarakan Pileg dan Pilpres.
"Ini tindakan yang sungguh-sungguh berani dari seorang Jokowi, karena kebijakannya ini dapat membuat elektabilitasnya kian rontok. Namun saya yakin, demi meringankan beban kerja presiden Indonesia selanjutnya, dia rela melakukan ini. Jokowi is the best. Dia layak dapat MURI," pungkas SGY.
Seperti diketahui, pada Minggu (1/7/2018) PT Pertamina menaikkan lagi harga BBM nonsubsidi atau bahan bakar khusus (BBK) yang terdiri dari Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex sebesar Rp600 hingga Rp900/liter.
Kenaikan dilakukan karena harga minyak dunia sedang naik.
Kebijakan menaikkan harga BBM ini bukan yang pertama di era pemerintahan Jokowi. Terakhir, pemerintah menaikkan BBM non subsidi pada Februari 2018 lalu. (rhm)