Jakarta, Harian Umum- Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir agaknya tengah gundah melihat perkembangan Orde Reformasi yang jauh dari harapan.
Kala orde ini digulirkan 20 tahun lalu oleh para tokoh nasional dan mahasiswa dengan menggulingkan Presiden Soeharto melalui people power, harapan yang tumbuh di setiap bangsa Indonesia adalah negara ini akan melaju menjadi negara demokrasi yang besar sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.
Namun sekarang kita saksikan sendiri, negara ini justru tumbuh menjadi negara liberal, korupsi tetap merajalela, dan penegakkan hukum bahkan nyata terlihat tumpul bisa berhadapan dengan pejabat dan kaum berduit, namun tajam bila menghadapi kaum miskin dan oposisi pemerintah.
Tak hanya itu, pemerintahan Jokowi-JK pun seakan tengah menggiring negara ini kembali ke format Orde Baru yang digulingkan 20 tahun lalu, format otoriteriamisme yang tidak menghargai hak rakyat hanya demi mempertahankan kekuasaan.
Tak heran jika Soetrisno pun membuat puisi berjudul "Masih Adakah Reformasi itu?"
Berikut puisinya:
MASIH ADAKAH REFORMASI ITU?
Dua puluh tahun lalu di bulan mei
Ada ruh kesadaran yang menggerakkan negeri
Entah darimana datangnya sampai tak terdeteksi
Semua lapisan bangkit melawan belenggu tirani
Tetiba semua sudut negeri penuh terisi
Makian rakyat dan teriakan orasi
yang menuntut perbaikan negeri
Alat negara pun lumpuh tak kuasa menghadapi
Saat itu, tak ada yang mengajukan diri
Tak ada, yang mementingkan diri
Bantu membantu saling mengisi
Menjatuhkan penguasa yang sudah lupa diri
Gelombang itu gelombang reformasi
Sebuah perbaikan yang semua rakyat berharap terjadi
Belum pernah ada gerakan yang bisa menyatukan penduduk negeri, selain reformasi
Sampai kita berhasil mengganti
Penguasa dan menanam nilai-nilai demokrasi
Membuka belenggu yang selama itu terkunci
Dan membebaskan dari jeratan kekuasaan yang menali
Itu cerita dua puluh tahun lalu
Kejadian benar bukan fiksi apalagi cerita palsu
Semangat reformasi masihkah ada di dalam kalbu?
Atau hanya sebuah dongeng untuk anak cucu
Setelah dua puluh tahun kini
Juga di bulan mei
Tak lupa reformasi juga diperingati
Dan tetap jadi bahan diskusi tiada henti
Sudah luruskah arah bangsa ini?
Sudah benarkah jalan bangsa ini?
Sudah lebih baikkah keadaan bangsa ini?
Sudah sesuaikah dengan cita-cita reformasi?
Kalau itu belum terjadi
Akankah kita berdiam diri
Membiarkan reformasi mati suri
Yang akhirnya hanya dianggap cerita fiksi
Sementara para penumpang gelap menungganggi
Semangat dan gerakan reformasi
Sampai kita sulit melihat mana yang palsu dan yang asli
Berlagak dan tampak memperbaiki negeri
Memang reformasi telah mengubah wajah negeri ini
Lebih terbuka dan lebih demokrasi
Tapi penyakit korupsi masih menggelayuti
Tak pernah mengira korupsi ternyata sulit dibasmi
Memang reformasi telah memberi jalan semua pribadi
Untuk punya hak yang sama tampil maju di negeri ini
Tapi perangkat keadilan belum sepenuhnya bisa diamanati
Supaya bisa bersikap adil dan sesuai konstitusi
Dua puluh tahun lalu di bulan mei
Kita semua punya cita-cita dan visi
Agar bangsa Indonesia maju dan rakyatnya hepi
Menjadi bangsa besar yang disegani di muka bumi
Kenyataanya belum sepenuhnya terjadi
Masih banyak PR yang menanti
Belum lagi demokrasi yang berbiaya tinggi
Menyebabkan maraknya korupsi
Meski kini
Makin banyak yang tak paham reformasi
Bahkan ada juga yang salah menanggapi
Kita harus tetap menghidupkan semangat reformasi
Semangat untuk terus memperbaiki diri
Semangat untuk terus memikirkan kemajuan negeri
Semangat untuk menjadi bangsa yang punya harga diri
Semangat untuk menjadikan rakyatnya cinta dan bangga terhadap INDONESIA.
Salam Reformasi
Soetrisno Bachir
Jakarta, 21 Mei 2018